”Tapi ada kendala. Akses jalan terputus dan gelap gulita (tak ada penerangan listrik pada malam hari). Hal itu membuat kami tak dapat berbuat banyak,” ujarnya.
Beberapa hari terakhir ini terlihat ada beberapa penggalian sepeda motor yang tertimbun lumpur. Penjarahan dilaporkan terjadi di rumah M Idrus, warga Masabui I. Menurut Idrus, ia kehilangan harta bendanya saat mengungsi ke rumah familinya. ”Pintu rumah dibongkar dan semua barang di rumah diambil,” ujarnya.
Dari pantauan Kompas, evakuasi jenazah korban banjir longsor kemarin tidak dapat dilakukan karena cuaca buruk. Hujan seharian menyebabkan pencarian yang hanya mengandalkan kekuatan manusia tak menghasilkan sesuatu yang berarti. Alat berat yang tersedia dikerahkan untuk membersihkan jembatan Kali Anggris dari batang-batang kayu berukuran besar.
Meski demikian, menurut Velix, Bandar Udara Wasior telah dibersihkan dari lumpur sehingga pesawat Caravan atau jenis Twin Otter dapat mendarat di Wasior.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, jumlah korban tewas 144 jiwa, korban hilang 123 orang, dan luka-luka berat 2.000-an warga. Sebanyak 181 orang dirujuk ke rumah sakit di Manokwari, Nabire, Makassar, dan Jakarta.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, sesuai dengan permintaan Pemerintah Provinsi Papua Barat, sebagai awal bantuan, kemarin, didrop beras sebanyak 2 ton di posko pengendali untuk korban bencana di Wasior.
Beras bantuan dalam bentuk cadangan beras pemerintah sebanyak 35 ton, lanjut Sutarto, mulai 9 Oktober diangkut dengan kapal laut dari Kabupaten Manokwari ke Wasior. Pengiriman beras itu merupakan tahap I, sesuai dengan kapasitas angkut. Untuk tahap II akan dikirim 50 ton.
”Mulai 5 Oktober, personel Bulog ikut serta dalam tim relawan Pemprov Papua Barat di Wasior,” katanya.