Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengais Susu demi Adik

Kompas.com - 10/10/2010, 06:06 WIB
Ichwan Susanto

KOMPAS.com - Mohammad Fadli (4) berjingkat-jingkat melintasi tumpukan puing seng dan kayu bercampur lumpur di salah satu kios di Masabuay I, Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Ia memasukkan tangan ke samping lingkaran parabola yang telah menyentuh tanah. Didapatnya 10 sachet susu sapi bubuk berlumuran lumpur.

Bagi Fadli, temuan itu sangat berharga sehingga ia menggenggamnya erat-erat. ”Susu ini buat adik,” ucap Fadli sambil mengangkat tinggi sachet susu itu. Ia bangga dengan hasil yang didapat dari usahanya pada Sabtu (9/10/2010) pagi itu.

Bocah itu terpaksa mengais- ngais lumpur demi adiknya yang selama dua hari terakhir tak minum susu. Rumah dan harta benda orangtuanya hanyut terbawa banjir bandang. Kedua orangtuanya selamat dari bencana itu.

Keluarga Fadli kini mengungsi dengan berbekal pakaian yang melekat di tubuh. Mereka bertahan hidup dengan mengandalkan belas kasihan saudara yang juga sedang kesusahan. Fadli dan orangtuanya, Nasrul, hanyalah satu dari ribuan warga yang menjadi korban bencana banjir dan longsor di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, 4 Oktober lalu.

Sekitar 20 meter dari lokasi Fadli mencari susu, Ali Muddin (52), warga Masabuay I, hanya duduk termenung di atas kap mobil pikap Toyota Kijang yang terbenam di lumpur. Tatapannya kosong dan abu di puntung rokok yang terjepit jarinya terus memanjang.

Ketika ditemui, matanya berkaca-kaca. Sambil berkata lirih, ia menceritakan usaha kerja kerasnya selama lima tahun menarik ojek serta berjualan es buah sirna tanpa sisa disapu banjir bandang. Dua rumah dan empat sepeda motor yang dibeli dari hasil banting tulang hanyut disapu ganasnya banjir.

Sangat cepat

Ali menceritakan, musibah pagi itu berlangsung sangat cepat. Saat itu sekitar pukul 08.00, ia masih berada di rumah karena hujan rintik-rintik.

Tiba-tiba, air mulai meninggi di teras rumahnya. Ia mengira banjir itu seperti tahun 2008 yang tidak berdampak apa pun pada rumah dan seisinya. Di luar perkiraan, hujan deras semalaman disertai guntur dari arah gunung itu membawa petaka.

Banjir air dan lumpur juga meluncurkan batang-batang kayu dan batu berukuran besar yang menghantam tembok rumahnya. Dinding rumah hancur dan meruntuhkan atapnya. Beruntung, ia dan istri serta kelima anaknya berhasil menyelamatkan diri.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com