Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Petani Cabai dan Konsumen Merasa "Merdeka"

Kompas.com - 19/08/2010, 03:32 WIB

Subterminal Agrobisnis di Enrekang dianggap belum optimal karena harga yang ditawarkan sama dengan harga pada tengkulak. Petani lebih memilih tengkulak karena bersedia mengambil hasil panen sehingga tidak merepotkan petani.

”Kalau memang ingin meningkatkan kesejahteraan petani cabai, pemerintah mesti serius membangun tata niaga terutama ketika produksi cabai melimpah saat musim kemarau,” kata Hasnan.

Baidarus meminta pemerintah untuk menyediakan tenaga pembimbing bagi para petani cabai. Saat ini, mayoritas petani di Maros belum mampu mengoptimalkan hasil panen akibat penggunaan pupuk kandang yang kurang tepat. Penggunaan pupuk kandang yang belum difermentasi membuat satu pohon hanya dapat menghasilkan 1 kg cabai merah.

”Jika memakai pupuk kandang terfermentasi, satu pohon bisa menghasilkan hingga 3 kg cabai merah dalam waktu empat bulan. Hal ini akan meningkatkan kesejahteraan petani cabai,” kata Baidarus.

Berbagai teknologi hasil pertanian yang diperkenalkan pemerintah pusat belum sepenuhnya sampai ke petani.

Hasnan menyambut baik inisiatif Pemprov Sulsel untuk mengundang para petani di pasar murah kali ini. Baik Baidarus maupun Hasnan mengaku siap untuk kembali berpartisipasi dalam pasar murah yang diadakan Pemprov Sulsel dan Kamar Dagang dan Industri pada 20-24 Agustus nanti.

Kepala Dinas Pertanian Sulsel Lutfi Halide berharap pasar murah mampu menekan harga cabai merah di pasaran. Pemprov Sulsel menargetkan harga cabai merah turun menjadi Rp 30.000 per kg sebelum Lebaran.

”Saya yakin target itu tercapai karena para petani siap menggelontor cabai merah lebih banyak lagi di pasar murah berikutnya,” kata Lutfi.

Di pasar murah kali ini juga dijual bahan kebutuhan pokok lain, seperti gula pasir seharga Rp 9.000 per kg, telur ayam ras dijual Rp 26.000 per rak isi 30 butir, serta ikan bandeng segar seharga Rp 2.000-Rp 4.000 per ekor. (ASWIN RIZAL HARAHAP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com