Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Belum Manfaatkan ACFTA

Kompas.com - 28/07/2010, 03:40 WIB

Jakarta, Kompas - Pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China atau ACFTA per Januari 2010 belum berdampak signifikan bagi perikanan Indonesia. Indonesia belum mampu memetik manfaat pemberlakuan perjanjian ini.

Meski nilai ekspor perikanan Indonesia ke China Januari-April 2010 35,39 juta dollar AS atau naik 18,54 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, ekspor komoditas unggulan menurun.

Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung di Jakarta, Selasa (27/7), menyatakan, belum optimalnya sektor perikanan memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) karena rendahnya daya saing industri dalam negeri serta tingginya biaya sertifikasi produk perikanan.

Perdagangan bebas menuntut standardisasi mutu melalui sertifikasi produk perikanan, yakni sertifikasi keamanan pangan dan mutu.

Sementara harga jual produk ekspor tidak naik.

”Satu-satunya keuntungan dari pemberlakuan ACFTA adalah perluasan akses pasar,” ujar Saut.

Komoditas unggulan yang mengalami kemerosotan ekspor, antara lain, udang dalam kaleng. Tahun lalu, Januari-April nilai ekspornya 340.557 dollar AS, tahun ini hanya 6.456 dollar AS atau turun 98,1 persen.

Ekspor udang beku turun, dari 4,48 juta dollar AS menjadi 979.984 dollar AS. Tuna segar dari 194.738 dollar AS menjadi 83.708 dollar AS. Penurunan ekspor antara lain dipicu berkurangnya pasokan bahan baku dan tingginya ongkos produksi.

Belum dapat dimanfaatkannya ACFTA secara optimal antara lain karena ada kewajiban menyertakan surat keterangan asal (SKA) form E untuk memastikan asal-usul produk.

Dari total ekspor ke China sekitar 100 juta dollar AS, baru 40 persen ekspor perikanan yang menyertakan SKA dan terbebas bea impor.

Sekitar 60 persen terkena tarif masuk karena tak ada SKA form E. Bea masuk ekspor perikanan ke China dan ASEAN 10-15 persen. Bea ini dibebankan kepada importir sehingga menekan harga jual produk.

Direktur Institute for Global Justice Indah Suksmaningsih, menilai Indonesia sudah terkepung dalam iklim perdagangan bebas dunia. Oleh karena itu, kini yang penting adalah mengurai hambatan daya saing dan strategi untuk mengoptimalkan manfaat ACFTA.

(LKT)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com