Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga-harga Membubung!

Kompas.com - 13/07/2010, 08:37 WIB

Kenaikan harga kebutuhan pokok ini jelas memukul daya beli buruh dengan pendapatan yang relatif tidak berubah. Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Rekson Silaban mengatakan, penurunan daya beli buruh terjadi karena kenaikan upah lebih lambat daripada inflasi. Dalam lima tahun terakhir, buruh semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka akibat kenaikan harga barang yang sangat cepat.

Ia mencontohkan, lima tahun lalu buruh yang pensiun dan menerima jaminan hari tua dari Jamsostek sebesar Rp 27 juta masih dapat memanfaatkan dana itu hingga lima tahun kemudian. Namun, kini dana sebanyak itu hanya mampu menalangi kebutuhan hidup selama 18 bulan.

Perjuangan buruh mendapatkan upah yang layak untuk hidup sejahtera memang semakin berat. BPS mencatat, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang dengan 29,11 juta orang di antaranya di sektor formal.

Akan tetapi, pekerja yang menerima upah lebih dari Rp 3 juta per bulan hanya 4,5 juta orang. Artinya, 85 persen pekerja sektor formal hanya memiliki upah kurang dari Rp 3 juta per bulan.

Menurut Rekson, pemerintah harus mengkaji ulang kebutuhan hidup layak buruh dan kemampuan pengusaha. Hal ini penting karena pemerintah turut bertanggung jawab dalam menyejahterakan buruh.

"Apa yang terjadi belakangan ini merupakan dampak ketidakmampuan pemerintah mengubah praktik negatif ekonomi biaya tinggi yang membuat buruh semakin tertekan. Sebelum tahun 2003, buruh permanen masih mencapai 60 persen dari angkatan kerja formal, tetapi kini tinggal 30 persen. Apabila pemerintah tidak berbuat sesuatu, ledakan masalah sosial bisa terjadi," ujar Rekson.

Ketua Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia Chris Hardijaya mengatakan, sudah tidak bisa lagi diantisipasi kenaikan TDL dengan mengurangi ukuran produk karena persaingan industri roti sangat ketat.

Menurut Chris, dampak turunan kebijakan TDL membawa pada penurunan kualitas hidup manusia. Ketika kesehatan semakin terancam, manusia tidak dapat lagi optimal dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Sudirman mengatakan, dampak kenaikan TDL bakal luar biasa menekan daya beli masyarakat. Karena uang masyarakat yang seharusnya dibelanjakan untuk telur dan ayam dialihkan untuk membayar listrik yang jelas tidak bisa ditunda.

"Yang saya takutkan kenaikan TDL akan memengaruhi belanja masyarakat dan berdampak pada penurunan konsumsi produk unggas. Hal ini menyebabkan penurunan serapan pakan ternak,” katanya. (mas/ham/OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com