Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sup Singkong, Lezat dan Menyehatkan

Kompas.com - 13/04/2010, 14:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kedengarannya aneh, ketika seorang teman mengajak makan sup singkong. Masak sih singkong bisa dibuat sayur? Biasanya umbi-umbian itu hanya untuk direbus, dibuat combro dan getuk.

Namun, ternyata ketika menyeruput sup singkong, rasanya lezat juga dan cukup menyehatkan. Dengan menyantap sup singkong ini, berarti Anda telah menerapkan keberagaman pangan.

Selama ini kita hanya mengandalkan nasi sebagai makanan utama. Padahal masih ada bahan lain yang bisa digunakan sebagai pengganti. Singkong pun bisa menjadi sumber karbohidrat yang mengenyangkan.

Singkong segar bisa menjadi produk olahan langsung untuk dikonsumsi dengan cara digoreng, dikukus, direbus atau dibakar. Produk olahannya yang biasa kita kenal seperti keripik singkong, getuk, tape, dan combro.

Dengan menyantap panganan ini berarti kita sudah melakukan diversifikasi atau pemberagaman pangan. Salah satu bentuk diversifikasi pangan ini adalah cassava soup.

Cassava soup ini sekilas mirip dengan soto. Isinya terdiri dari potongan singkong, tauge, bihun, telor rebus, daging sapi lalu diberi taburan daun bawang dan bawang goreng.

Kuahnya sangat terasa segar meski hanya dibumbui sederhana seperti pala, cengkih, lada, bawang merah dan bawang putih. Jangan lupa membubuhi jeruk nipis dan sambal.

Singkongnya begitu empuk, karena telah dimasak dengan alat presto. Anda bisa bayangkan singkong itu sebagai pengganti kentang yang biasa ada di dalam sup. Untuk menu serba singkong menggunakan jenis singkong mentega yang didatangkan dari Sukabumi.

Bachtiar Pramus (57) yang mengkreasikan makanan ini. Kebetulan dirinya pecinta sup namun biasanya suka menyingkirkan potongan dagingnya dan menambahkan potongan potongan singkong ke dalam ramuan sup.

"Setelah saya coba, kok rasanya enak juga. Akhirnya saya membuat cassava soup ini. Saya makin bersemangat setelah tahu berbagai manfaat singkong," ujar pria asal Makassar ini.

Sup singkong ini mula diperkenalkan pada bulan Maret 2009. Lalu sup itu diluncurkan di Kedai Kopi Phoenam, Gedung Parkit Jalan KH Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat hingga saat ini menjadi salah satu menu andalan. Bahkan beberapa pengunjung pun yang datang selain memang untuk menikmati kopi Vietnam di kedai tersebut, mereka juga memesan sup singkong sebagai santapan beratnya.

Bahkan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kata Bachtiar, kerap kali berkunjung ke Kedai Phoenam hanya untuk menyantap sup singkong tersebut. Karena masyarakat di Makassar pun memang sering mengonsumsi singkong.

"Di keluarga kami, singkong ini menjadi makanan favorit, bisa direbus atau digoreng lalu dicocol dengan sambal terasi," tuturnya.

Karena belum ada yang membuat menu serupa ini, Bachtiar pun berinisiatif mematenkan resep cassava soup miliknya. Resep hasil coba-coba itu sudah didaftarkan dan dipatenkan di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

"Formulanya sudah dipatenkan, sehingga mendapat rasa yang pas seperti ini," jelasnya.

Sup singkong ini paling enak disantap selagi panas. Apalagi di musim penghujan seperti sekarang ini, wah dijamin badan Anda akan terasa hangat sehabis menyantapnya. Harga seporsinya Rp 18.000.

Bachtiar menambahkan, cassava soup aman bagi mereka yang diabetes, memiliki kolesterol tinggi maupun yang memiliki sakit jantun. Apalagi buat yang sedang diet dijamin makanan ini sangat bermanfaat.

Selain cassava soup, di kedai ini pula Anda bisa memesan mi cassava. Tampilannya sekilas mirip dengan soto mi. Dari namanya tidak salah lagi bila Anda bisa menebak kalau mi-nya dibuat dari tepung tapioka. Didalamnya juga diberi potongan singkong rebus, daging, tomat, bawang goreng dan daun bawang.

Jika tidak ingin yang terlalu berat, brownies singkong, combro dan cassava pie bisa menjadi pilihan. Tentu Anda penasaran dengan pie singkong ini. Tapi jangan bayangkan seperti pie apel. Yang dimaksud disini adalah kue singkong yang dibungkus dengan daun pisang dan diberi gula merah. Atau lebih dikenal sebagai timus.

Hanya saja untuk brownies, minimal dua hari sebelumnya Anda harus memesan. Karena keterbatasan bahan. "Maklum saja, tepung tapioka agak sulit mendapatkannya. Biasanya kami memesan tepung dari Bantul. Tapi kalau ada yang mau, bisa kami buatkan," ujarnya.

Masih diremehkan

Kita sudah tahu akan manfaat besar singkong sebagai diversifikasi pangan. Hanya saja sangat disayangkan nasib singkong ini masih menjadi anak tiri. Apalagi ketika singkong diolah menjadi tepung tapioka.

"Nasibnya terpuruk karena harus bersaing dengan tepung terigu. Kadang agak sulit menemukannya di pasaran karena adanya mafia terigu yang secara berani 'menggempur' pasar tepung," kata lulusan dari Universitas Mulawarman ini.

Apalagi orang juga masih meremehkan tiwul. Tiwul sering diasumsikan dengan makanan kampung dan makanan rakyat susah karena dahulunya beras mahal hanya orang kaya yang bisa makan nasi.

"Padahal tiwul gizinya sangat bagus, sangat disayangkan pemerintah masih belum menyadarinya sehingga masih saja mengimpor beras saat pasokan dirasa kurang," ujarnya.

Tiwul adalah hasil olahan dari tepung singkong melalui proses tradisional, yaitu tepung singkong ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20-30 menit.

Dulu nasi tiwul dikonsumsi sebagai makanan pokok seperti nasi beras padi atau dicampur dengan parutan kelapa sebagai jajanan. sekarang ini jarang ditemui penjual tiwul, hanya di pasar tradisional saja. Selain itu tiwul bisa dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan hingga sampai satu tahun.

Bachtiar menuturkan, manfaat dan gizi singkong ini lebih banyak bila dibandingkan dengan nasi. Bahkan 6-7 ton singkong per tahun diolah menjadi tepung tapioka lalu diekspor ke Perancis atau Amerika untuk dibuat menjadi roti baquet atau roti Perancis. (Dian Anditya Mutiara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com