Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Normalisasi untuk Atasi Banjir Citarum

Kompas.com - 30/03/2010, 03:50 WIB

Jakarta, Kompas - Pelebaran dan pengerukan akan dilakukan di hulu Citarum untuk mengatasi banjir yang kerap melanda kawasan Bandung Selatan. Khusus untuk Baleendah yang berupa cekungan akan dilakukan penanganan tersendiri.

Kepala Balai Besar Waduk Sungai Citarum Mujiadi, Senin (29/3), menegaskan, dalam pekerjaan normalisasi itu tidak ada proyek pelurusan sungai seperti sering diberitakan. ”Rencana itu masih dibahas dengan JICA (Japan-Indonesia Cooperation Agency). Pelaksanaannya mulai tahun 2011 dan selesai empat tahun,” kata Mujiadi.

Proyek normalisasi dilakukan di sembilan anak sungai mulai dari Nanjung hingga Curug untuk mengatasi banjir Rancaekek, Majalaya, Banjaran, dan Pamengpeuk. Adapun sembilan anak sungai itu adalah Cikeruh, Cibesi, Cimande, Cikijing, Citarik Hulu, Citarum Hulu, Cisangkuy, Cisokan, dan Cipamingkis.

Untuk normalisasi di anak-anak sungai yang panjang totalnya 44,3 km itu, tutur Direktur Sungai, Danau, dan Waduk Departemen PU Widagdo, diusulkan dana Rp 24,3 miliar. Proyek ini merupakan tahap ketiga yang dilakukan Departemen PU dengan bantuan Jepang.

Pada 1987 hingga 1988 dilaksanakan proyek Upper Citarum Basin Master Plan & Feasibility Study yang dilaksanakan JICA. Pada 1992-1993 dilaksanakan program detail.

Pada dua tahap proyek tersebut dilakukan pengerukan dan pelebaran sehingga mampu menampung kapasitas debit banjir lima tahunan. Pada tahap pertama bagian daerah aliran sungai (DAS) yang dikerjakan mencapai jarak 24 km di bagian hilir. Tahap kedua penanganan DAS sepanjang 24 km.

Total panjang DAS yang akan dilaksanakan pada proyek normalisasi itu 117 km. Ini mencakup sebagian besar DAS Citarum yang panjang totalnya 270 km terbentang dari mata airnya di Gunung Wayang hingga ke laut.

Menurut Mujiadi, saat ini dilakukan penelitian lebih lanjut dan perancangan untuk meningkatkan kapasitas debit air hingga mampu menampung banjir 20 tahunan. Desain yang dibuat hanya untuk banjir lima tahunan.

Upaya mengatasi banjir di Baleendah, kata Mujiadi, berbeda dengan yang dilakukan di daerah lain di Bandung Selatan. Daerah ini berupa cekungan—lebih rendah daripada DAS Citarum. Karena itu, sejumlah alternatif penanganan yang akan ditempuh antara lain adalah pembuatan polder, pembangunan rumah panggung, atau relokasi.

Saat ini, ujar Widagdo, di Baleendah telah ada penduduk yang membangun rumah panggung sebagai upaya adaptasi. Ini ditempuh jika pengalihan aliran sungai dari kawasan permukiman atau relokasi manusia dari daerah rawan banjir gagal.

Menurut Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana Sutopo Purwo Nugroho, normalisasi memang dapat mengatasi banjir lokal, tetapi mengakibatkan percepatan dan peningkatan volume aliran air ke waduk Saguling—bisa menyebabkan perubahan hidrologi waduk itu. Hal ini selanjutnya menimbulkan peningkatan debit air hingga berisiko banjir di kawasan tengah dan hilir.

Selama beroperasi pada 1963 hingga kini, Waduk Jatiluhur telah lima kali melimpas. Tinggi bangunan pelimpas 107 meter di atas permukaan laut. Pada 25 Maret 2010 limpasan mencapai 108,41 meter, tertinggi setelah tahun 1994 dan 1973—108,35 meter. (YUN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com