"Sejak perjanjian damai, saya beberapa kali berhubungan dengan Raja Rimba. Kami memiliki pandangan yang sama. Tetapi, saya tak percaya dia ikut teroris itu. Mungkin ada yang memfitnah dengan menghubungkan teroris di Aceh dengan kelompok kami," kata Kubang.
Laili Fajri (25), istri Raja Rimba, mengatakan, suaminya pergi ke perbukitan Jalin untuk memancing ikan bersama beberapa kawannya, termasuk Kepala Desa Lamleupung. "Ia tidak mungkin terlibat teroris," katanya.
Sekat ideologis itu dipahami betul oleh Gubernur NAD Irwandi Yusuf yang juga mantan petinggi GAM. Karena itu, tidak berselang lama setelah meletusnya kontak senjata dengan kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Tandzim Al Qoidah Indonesia Cabang Serambi Mekah, dia tegas mengatakan, GAM sama sekali tak terlibat dengan gerakan itu.
Dalam konferensi pers di Jakarta, 9 Maret, Irwandi mengatakan, gerakan terorisme di wilayahnya bukan asli buatan rakyat Aceh. "Ini barang impor. Sampah dari Pulau Jawa dibuang ke Aceh," katanya.
Muslim Attahiri, pemimpin Dayah (Pesantren) Darul Mujahidin di Aceh Utara, mengatakan, kesukuan di Aceh sangat kuat. "Walau kami ingin menegakkan syariat Islam, itu bukan berarti kami ingin mendirikan negara Islam atau setuju tindakan teror yang dikendalikan orang luar Aceh. Kami pengikut ahlusunnah dan menentang
Muslim dikenal gencar melakukan razia di jalanan untuk mencari pelanggar Qanun (Peraturan Daerah) Syariat Islam. Beberapa waktu lalu, dia diperiksa polisi karena pernah menggelar pelatihan calon mujahidin ke Palestina pada 2009. Beberapa calon mujahidin yang direkrutnya diketahui menjadi tersangka teroris.
"Kami memang mendukung jihad di Palestina, tetapi tidak di Aceh saat ini," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Himpunan Ulama Dayah Aceh Tengku Faisal Ali mengatakan, gerakan GAM selama ini bukan untuk menegakkan syariat Islam, tetapi lebih ke perjuangan kebangsaan dan faktor ekonomi.
"Syariat Islam hanya menjadi slogan GAM untuk merekrut akar rumput, berbeda dengan kelompok teroris itu yang didorong semangat negara Islam dalam konteks internasional," katanya.
Faisal menambahkan, "Bukan menjadi rahasia umum, slogan syariat Islam itu pula yang menyebabkan beberapa pemimpin dayah mendukung GAM."
Setelah damai dan Aceh dipimpin mantan tokoh GAM, kata Faisal, muncul kekecewaan sebagian kalangan. Mereka yang kecewa salah satunya adalah yang dulu terpikat dengan janji syariat Islam itu. "Ini harus diantisipasi ke depan," katanya.
Asumsi kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Tandzim Al Qoidah Indonesia Cabang Serambi Mekah untuk mendapatkan dukungan masyarakat Aceh, terutama dari kalangan GAM, agaknya keliru. Aceh bukanlah rumah yang cocok untuk gerakan teroris yang mengusung isu panislamisme. (Ahmad Arif/Mahdi Muhammad)