Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teluk Kijing, Janganlah Menangis...

Kompas.com - 16/03/2010, 16:01 WIB

Kijing II juga tak terpencil. Telekomunikasi nyambung terus, walau hanya sinyal Excelcomindo (XL) yang paling top-markotop.

Andai Desa Kijing II menangisi dirinya sendiri karena merasa terisolir, itulah lelucon terbesar. Itu sebuah kemunduran! Sebab, 2,5 kilometer menghulu Musi, dekat tempuran Musi dan Sungai Batanghari Leko ditemukan reruntuhan candi.

Jejak permukiman kuno juga ada dalam rentang 4 km di tepi Musi, dan temuan fragmen-fragmen keramik kuno di kebon karet desa itu diduga dari abad VIII Masehi. Desa Kijing, mungkin pernah jadi kampung internasional, disinggahi pedagang China dan India.

Terlebih, sungai Musi sebagai satu-satunya akses penghubung antara kota-kota di pedalaman seperti Muara Kelingi, Babat Toman, Sekayu, dengan Palembang dan muara Musi; makin menjadikan posisi desa itu sangat strategis. Sebab jalan raya ketika itu belum dikenal.

Baiklah. Faktanya kini jalan desa sejauh 11 km, kini sulit dilalui kendaraan kecil akibat rusak berat. Cari perusaknya. Apakah kerusakan jalan disebabkan oleh truk sawit, atau truk karet? Kemudian, selidikilah tonase truk-truk itu, mungkin terjadi kelebihan muatan sehingga menghancurkan jalan desa. Lantas, suruh perbaiki jalan desa itu, agar transportasi lancar, dan ekonomi kian tumbuh.

Bagaimana dengan permukiman yang terendam? Segera gelar musyawarah desa untuk merelokasi permukiman. Ada lapangan bola di sisi timur desa, yang ironisnya di tanah tinggi. Mengapa tidak ditukar guling? Rumah di tanah tinggi, dan lapangan di dasar lembah, di tepi Musi?

Bila jalan desa kerap terendam, buatlah jembatan kayu sebagai penghubung dari rumah ke rumah. Di muara Musi, di Desa Sungsang, warga juga membangun jembatan itu karena tinggal di atas tanah pasang-surut. Singkatnya, beradaptasilah bi la ingin bermukim di tepi Musi. Dan warga di Teluk Kijing, janganlah terlalu banyak mengeluh dan bermuram durja.

Moch Amron, Plt Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum menegaskan, seharusnya warga di tepian Musi sendiri yang paham tentang pasang-surutnya sungai itu. "Mereka sudah harus tahu, tanpa perlu diberitahu pemerintah, mengenai wilayah-wilayah mana yang seharusnya dihindari untuk dibangun rumah," kata dia.

Berdasarkan keterangan warga, selain diterjang banjir , ternyata tebing sungai di desa itu juga sering longsor. Sepuluh tahun terakhir, 20 rumah ambruk, amblas ke Musi. "Saya sudah lapor ke pemkab, tapi belum ada pembangunan turap," kata Rudi Hartono, anggota DPRD Musi Banyuasin asal Teluk Kijing II.

Harusnya, ada yang memimpin warga untuk mengeser rumahnya menjauh dari tebing sungai. Bergotong-royong-lah! Bantaran sungai di sana sangat luas, bila sekedar untuk menggeser rumah.

Apalagi ironisnya, ladang-ladang yang jauh dari tepi Musi malah ditanami sawit atau karet. Mengapa tidak, permukiman-permukiman itu yang digeser ke tengah kebon, sebaliknya tepian-tepian sungai yang ditanami tanaman keras pencegah erosi, baru kemudian ditanami tanaman produksi.

Jadi warga Kijing II, jangan mengeluh, jangan menangis, apalagi merengek bantuan. Mungkin, leluhur desa yang dulu pernah jadi warga kampung internasional, malah malu dengan kalian. Beradaptasilah, bersahabatlah dengan Musi. Janganlah Musi dibelakangi oleh rumah-rumah kalian seperti sekarang ini....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com