Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahalnya Harga Sebuah Hati

Kompas.com - 12/03/2010, 16:21 WIB

Kompas.com - Transplantasi (cangkok) hati ramai dibicarakan akhir-akhir ini, menyusul terkuaknya sejumlah kasus atresia bilier. Berita bagusnya, harapan hidup si penerima cangkok hati mencapai 90 persen. Sayangnya, tindakan ini membutuhkan persiapan yang rumit dan biaya yang sangat besar.

Bilgis Anindya Passa (17 bulan), penderita atresia bilier (kelainan berupa saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang sempurna), sedang menanti saat tepat untuk menjalani operasi cangkok hati. Persiapan untuk tindakan ini memang rumit.

Menurut DR. Dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K), konsultan gastroentero hepatologi anak dari FKUI/RSCM, cangkok diperlukan jika organ hati sudah gagal melakukan tugasnya. "Jika organ hati sudah tidak berfungsi atau gagal hati, diperlukan cangkok hati untuk mempertahankan hidup orang tersebut," ujarnya.

Banyak kondisi dan penyakit yang membuat seseorang memerlukan transplantasi, misalnya penyakit metabolisme yang menyebabkan hati tidak berfungsi, atresia bilier, dan lainnya. Namun, tidak semua gagal hati memerlukan cangkok hati. Hanya gagal hati yang menetap atau gagal hati bawaan lahir yang memerlukan transplantasi.

"Gagal hati akut tidak selalu memerlukan transplantasi," imbuh Dr. Hanifah, yang turut menangani kasus Bilqis.

Hidup atau mati
Hati yang didonorkan harus sehat agar tidak menimbulkan masalah bagi penerimanya. Tidak boleh ada virus atau lemak terlalu banyak. Untuk mendapatkan hati yang dibutuhkan tidak harus menunggu donor yang sudah meninggal.  Orang yang masih hidup juga bisa mendonorkan hatinya.

"Donor yang masih hidup hanya mendonorkan sebagian saja dari hatinya. Jika didonorkan semua,  pendonor pasti mati," kata Dr. Hanifah yang mempelajari cangkok hati di Brisbane, Australia.

Meski hanya sebagian, organ hati akan berkembang ke ukuran normal, baik pada si pendonor yang diambil sebagian hatinya ataupun pada si penerima yang mendapat sebagian hati tersebut. "Jadi tak usah bingung atau khawatir, dengan teknik ini organ hati dapat tumbuh normal," ungkapnya.

Teknik ini juga memungkinkan pendonor yang sudah meninggal menyumbang dua orang sekaligus. Jika biasanya satu hati didonorkan untuk satu orang, dengan membagi hati menjadi dua, pendonor yang sudah meninggal bisa menyumbang hati untuk dua orang yang membutuhkan. "Ini menguntungkan karena bisa membantu dua orang sekaligus," tambah Dr. Hanifah.

Dibuang saja
Bagaimana dengan hati si penerima? "Ya dibuang saja seluruhnya. Kan sudah tidak berfungsi lagi," jawabnya. Yang jelas, lanjutnya, antara si pendonor clan penerima dibutuhkan kesamaan golongan darah. "Rhesus darah bisa berbeda, asalkan golongannya sama. Itu paling penting untuk memperkecil efek samping. Jadi si penerima bisa mendapat donor dari siapa saja. Tidak harus dari keluarganya," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com