Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nikmatnya Teh Gunung Dempo...

Kompas.com - 12/03/2010, 02:41 WIB

Acep Sudiar, Sinder Teknik/ Pengolahan Pabrik Teh PTPN VII Pagar Alam, mengatakan, teh Gunung Dempo berkualitas baik karena menghadap sinar matahari pagi langsung. Sinar matahari selama pukul 07.00- 10.00 membuat proses fotosintesis atau pembakaran zat hijau daun daun teh berlangsung sempurna.

Selain itu, posisi ketinggian teh Gunung Dempo juga paling sesuai, yaitu berkisar 1.000- 1.200 meter di atas permukaan laut. Jika terlalu tinggi, warna teh akan lebih pekat. Jika terlalu rendah, rasa dan aromanya berkurang.

Tanaman teh yang lebih tinggi dan tidak terkena sinar matahari langsung membuat daun teh mudah terkena kabut dan air yang menempel di daun susah hilang. Akibatnya, daun teh rentan terkena cacar daun yang akan mengurangi kualitas daun tehnya.

Pabrik tua

Perkebunan dan pabrik pengolahan Teh Pagar Alam yang saat ini dikelola PTPN VII dimulai pembangunannya pada 2 Mei 1929 oleh sebuah perusahaan Belanda, NV Lanbouw Maata Chapij, merupakan sisa peninggalan pemerintah kolonial Belanda.

Selama perkembangannya, perkebunan teh ini menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa. Selama masa Perang Dunia II, perkebunan dikuasai Jepang. Setelah kemerdekaan, perkebunan dikelola oleh Departemen Pertanian. Namun, ketika sengketa dengan Belanda pada 1949-1951, kebun dan pabrik teh dibumihanguskan.

Pabrik kemudian dibangun kembali pada tahun 1951-1958 oleh perusahaan Belanda lain, Cultuur NV Soerabaya. Saat nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda berlangsung hingga tahun 1963, perkebunan dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara Baru Sumsel dan terus berganti nama, hingga sejak 1996 dikelola oleh PTPN VII.

Pabrik teh dibangun pada tahun 1929 dan hingga kini masih dimanfaatkan secara utuh. Bentuk dan konstruksi pabrik itu masih sama seperti 81 tahun lalu, mulai dari besi hingga papan kayunya. Sebagian papan kayu memang sudah diganti karena lapuk, tetapi papan penggantinya justru lebih cepat rusak dibandingkan dengan papan asli.

Mesin-mesin yang digunakan pun banyak yang masih peninggalan Belanda. Penggunaan mesin baru untuk peningkatan kapasitas produksi masih terbatas.

Untuk mendapatkan teh kualitas terbaik, ungkap Budi, daun teh yang diambil adalah mulai dari batang ujung yang belum membuka yang disebut peko, hingga tiga daun setelah peko. Setelah menjalani proses pelayuan, penggilingan, oksidasi, pengeringan, dan pemilahan, dari teh yang dihasilkan diperoleh 16 jenis teh dengan kualitas yang berbeda satu dengan lainnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com