Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Baleendah Lumpuh

Kompas.com - 17/02/2010, 16:18 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Akibat banjir yang berlangsung dua pekan terakhir, perekonomian warga di Kelurahan Baleendah dan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, lumpuh. Ribuan pengungsi tidak bisa bekerja karena repot mengurus keluarga di pengungsian.

Dirman (41), warga RT 2 RW 9 Kelurahan Andir, Selasa (16/2), menuturkan, dua minggu ini ia tidak bisa lagi menjalankan usaha jual beli telepon seluler di kiosnya. Kiosnya yang terletak sekitar 20 meter dari bibir Sungai Citarum terendam banjir dan lumpur sejak akhir Januari. Jika biasanya Dirman bisa meraih omzet Rp 1,2 juta per hari, kini ia tidak mendapat penghasilan apa pun.

"Kios sudah berkali-kali dibersihkan, tetapi banjir dan lumpur kembali datang. Jadi, saya terpaksa tidak bisa berusaha," katanya sembari membantu membersihkan lumpur yang memenuhi rumah tetangganya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Dirman memakai uang tabungan yang dikumpulkan dari keuntungannya setiap hari.

Dadan (36), warga yang berprofesi sebagai sopir, juga tidak bisa mencari nafkah. Dadan disibukkan dengan urusan mengungsikan keluarga serta menjaga rumah. Ia terpaksa menitipkan keluarganya kepada saudara di Jelekong, sekitar 5 kilometer dari Baleendah.

Selain menghancurkan rumah beserta perabotannya, banjir juga merusak sarana produksi warga, semisal gerobak untuk berjualan milik Yati (45), warga RT 4 RW 20 Kampung Cieunteung, Kelurahan Baleendah. Perempuan empat anak itu sudah 16 hari mengungsi di Kantor Kelurahan Baleendah. Yati yang awalnya berdagang aneka gorengan dan nasi kuning kini menganggur. Gerobaknya yang dipakai berdagang keliling kampung diterjang banjir hingga rusak.

"Biasanya saya bisa mendapatkan uang Rp 50.000-Rp 100.000 dari hasil jualan. Kini tidak bisa lagi karena modal habis buat makan di pengungsian dan gerobak rusak," katanya.

Usaha kontrakan rumah Yati di Kampung Cieunteung pun sudah setahun ini tidak berjalan. Banjir tahunan di kawasan itu menyebabkan warga enggan tinggal dan mengontrak rumah di sana.

Sejumlah buruh kasar di pabrik Tridaya Sinarmas Pusaka di Kampung Cieunteung juga menganggur karena pabrik tekstil tersebut terendam banjir. Hampir 70 persen warga Cieunteung bekerja di pabrik tersebut. Selama sepekan terakhir pabrik berhenti beroperasi karena mesinnya terendam air bah setinggi 1,5 meter.

Tidak merata

Sementara itu, warga di pengungsian juga mengeluhkan bantuan makanan yang tidak merata. Popon (60), warga RT 2 RW 9 Kelurahan Andir, mengeluhkan belum datangnya nasi bungkus bagi pengungsi di tenda dekat Jembatan Citarum. Padahal, saat itu sudah pukul 12.00.

"Biasanya kami mendapatkan jatah nasi bungkus dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Tetapi, itu sering telat, berbeda dengan warga yang tinggal di pengungsian di aula partai," katanya.

Rina Sitenggang (31), pengungsi di Kantor Kelurahan Baleendah, menuturkan, bantuan baju dari sejumlah donatur beberapa waktu lalu juga dirasa tidak adil. Ia mencurigai pengurus desa mengambil keuntungan dari bantuan warga. (REK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com