Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menimang Nilai Seni Tulisan Tiongkok

Kompas.com - 06/02/2010, 14:45 WIB

Oleh Gregorius Magnus Finesso

Menekuni dunia kaligrafi China sebagai profesi mungkin tak semenarik seni lukis yang belakangan lebih banyak dilirik generasi muda. Namun, bukan berarti tulisan indah Tiongkok ini tak ada harganya. Asal tahu saja, coretan sederhana seorang master kaligrafi ternama bisa dihargai Rp 200.000 per lembar.

Hanya, tak banyak yang namanya tersohor sebagai maestro kaligrafi Tiongkok atau yang di negeri asalnya disebut mao bi (baca: mao pi). Ini jauh berbeda dengan dunia seni lukis era kosmopolit saat ini yang kerap melahirkan perupa belasan tahun, tetapi mampu menghasilkan puluhan juta rupiah dari coretan di kanvas.

"Di Indonesia hanya sekitar 30 seniman kaligrafi yang punya nama dan rata-rata sudah cukup berumur," tutur Huang De Chang (63), salah seorang master kaligrafi China, Jumat (5/2) di Bandung. Menurut Chang yang pernah mencatatkan rekor di Museum Rekor Indonesia sebagai penulis kaligrafi terpanjang berukuran 52,7 meter serta jumlah huruf 3.184 karakter pada 2008 itu, harga seni kaligrafi sangat tergantung dari ketenaran nama sang seniman.

Tak mengherankan, dalam sejumlah pameran di Jakarta, beberapa hasil karya seorang maestro dibanderol dengan harga Rp 30 juta per lukisan. Walau diakui Chang, kesepakatan pembeliannya mungkin tidak setinggi itu. Sebab, dari sisi bisnis, kaligrafi tak semenarik seni lukis.

Danu (34), staf di Galeri Seni Tatarah, Jalan Braga, membenarkan ungkapan Chang. Jarang sekali pengunjung yang meminati seni kaligrafi China karena konsumennya sangat spesifik. Akhirnya, sebagian besar galeri seni tak memajang kaligrafi China sebagai benda koleksi.

Lalu, siapa peminat kaligrafi China? Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jawa Barat Tjutju Widjaja yang juga ahli kaligrafi China mengatakan, sejak Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid membuka pasung budaya Tionghoa, seni tulis indah dari Negeri Tirai Bambu banyak menghiasi dinding-dinding rumah atau toko milik warga keturunan Tionghoa. Selain mengandung makna dan filosofi yang dalam, kaligrafi dipakai pula untuk menulis berbagai ungkapan, seperti ucapan dukacita, perkawinan, atau ulang tahun.

Ungkapan filosofis

Tonny Hartawan (43), pedagang emas perhiasan di Jalan Kopo, misalnya, menempelkan kaligrafi China di beberapa sudut toko. Salah satunya berbunyi, "Kalau berjodoh, akan bertemu meski beribu-ribu mil, kalau tak berjodoh, takkan bertemu meski berhadapan."

Ia menuturkan, kaligrafi itu dipesan dari seorang seniman di Jakarta seharga Rp 150.000. "Ungkapan itu bisa dikaitkan dengan rezeki manusia. Intinya, kalau sudah rejeki, tak akan ke mana," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com