JAKARTA, KOMPAS.com- Menjelang akhir tahun 2009, bangsa Inonesia kehilangan tokoh kharismatik dan juga dikenal sebagai pejuang demokrasi dan pluralisme, KH Abdurrahman Wahid atau akrab dispa Gus Dur, tepatnya Rabu (30/12) pukul 18.45.
Kepergian cucu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari itu mengagetkan semua phak. Tidak hanya di dalam, tetapi di luar negeri pun tersentak mengingat jasa besar Gus Dur dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik. Kendati Gus Dur dikenal sebagai sosok yang kontroversial.
Kaukus Parlemen Pancasila yang dimotori Rike Diah Pitaloka dan Eva KS dari PDI Perjuangan, Bambang Soesetyo dari Fraksi Golkar, Romy dari PPP, Muzani dari Partai Gerindra, dan Akbar Faisal dari Hanura mengusulakan kepada DPR dan pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Gus Dur.
"Selayaknya DPR mengusuklkan dan pemrintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Gus Dur. Mengingat kinerja almarhum Gus Dur dan keberlangsungan ide-ide kebhinnekaan untuk memperkuat NKRI," kata Rieke di Jakarta (1/1).
Menurut Rieke yang mewakili Kaukus Parlemen Pancasila, sosok Gus Dur adalah putra terbaik dan tokoh dunia berdasarkan pemikiran-pemikiran dan tindakannya yang mencerminkan kepentingan semua umat secara universal.
"Berpulangnya Gus Dur mendapat simpati seluruh penjuru dunia dan tidak terbatas warha Indonesia maupun warga nahdliyin saja. Gus Dur mendapat simpati seluruh lapisan masyarakat serta melintasi batas negara dan sentimen-sentimen primordial berbasis apapun," paparnya.
Tidak heran kalau Kaukus Parlemen Pancasila mendesak pemintah agar memberikan gelar pahlawa kepada Gus Dur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.