Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penasihat Hukum Abaikan Rekaman

Kompas.com - 17/12/2009, 08:02 WIB
 

JAKARTA, KOMPAS.com - Rekaman percakapan Sigit Haryo Wibisono dan Antasari Azhar sudah diperdengarkan dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (15/12). Meski demikian, tim penasihat hukum Antasari menilai, secara materi, tidak ada hal dalam percakapan di rekaman itu yang merugikan kliennya.

Salah saru penasihat hukum Antasari, yakni Ari Yusuf Amir, menyampaikan hal itu kepada Kompas, Rabu (16/12), di Jakarta. ”Secara proses hukum, kami akan mengesampingkan rekaman itu,” katanya.

Alasannya, dalam kasus pidana, mengacu Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud sebagai alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Selain itu, percakapan itu tidak direkam oleh lembaga yang berwenang, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam perkara korupsi. Rekaman percakapan antara Sigit dan Antasari dibuat oleh Sigit sendiri.

”Apa motif Sigit merekam? Ini tidak pernah dikejar jaksa. Kalimat dalam rekaman juga tidak pernah ditanyakan jaksa kepada Sigit. Misalnya, kalimat yang ’perampokan’, ’dengan TKI’, mestinya, kan ditanyakan ke Sigit apa maksudnya karena dia yang bicara soal itu,” kata Ari.

Rekaman percakapan yang diduga antara Antasari (A) dan Sigit (S) diputar di Pengadilan Negeri Jaksel, Selasa. Rekaman itu, antara lain, berisikan:

A: Nero itu yang saya telepon itu. Ini, kan setting-nya ada persoalan. Kalau ada persoalan tiba-tiba ada kegiatan, kan gampang mengaitkan dengan ini.

S: Tapi, ini perampokan, Mas. Perampokan.

A: Nah, saya pikir persoalan baru.

S: Bukan, ini perampokan barangnya diambil, semua diambil. Ini yang saya setting ini, sudah dua minggu. Nanti dari TKI semua. Yang main anak-anak sini ngrampoknya, tapi eksekutornya anak TKI. Anak TKI begitu eksekutor, dia cabut. Makanya kita butuh ...(tidak jelas). Itu apa untuk olah TKP gitu lho, biar kalau untuk TKP ini misalkan pun harus dikorbankan, yang dikorbankan yang ditangkap itu yang njukuk (mengambil) barang bukan yang eksekusi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com