Palembang, Kompas -
Menurut Permana, terdapat lima perusahaan pengolahan minyak goreng dan karet di Sumsel yang melaporkan keluhan karena seringnya terjadi pemadaman listrik. Pemadaman listrik mulai terjadi pada Oktober sampai sekarang.
Pemadaman listrik paling singkat berlangsung selama dua jam, bahkan enam jam. ”Mereka mengeluh karena dalam seminggu bisa dua kali terjadi pemadaman listrik. Kerugian yang dialami setiap kali pemadaman listrik minimal Rp 65 juta sampai ratusan juta rupiah,” kata Permana.
Permana mengutarakan, pihak industri besar meminta agar PT PLN memberikan jadwal pemadaman yang pasti. Dengan adanya jadwal yang pasti, industri dapat melakukan persiapan.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengusulkan agar rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terus berlanjut karena PLTN diperlukan pada masa mendatang. Rencana pembangunan PLTN di Semenanjung Muria, Desa Balong, Kecamatan Kembang, Jepara, menjadi salah satu opsinya.
Kepala Batan Hudi Hastowo, Rabu (25/11) di Blora, Jawa Tengah, mengatakan, penyediaan energi listrik menjadi salah satu program Kabinet Indonesia Bersatu II. Dalam program itu, pemerintah pusat menargetkan setiap tahun mampu menambah energi listrik hingga 3.000 megawatt.
Namun, Ketua Persatuan Masyarakat Balong Setyawan Sumedi mengemukakan, masyarakat Desa Balong tetap akan menolak pembangunan PLTN di Semenanjung Muria lantaran tenaga nuklir membahayakan manusia dan lingkungan hidup. (WAD/HEN)