JAKARTA, KOMPAS.com - Korban gempa bumi di Padang banyak menderita patah tulang atau fraktur. Untuk menangani kondisi korban tersebut keberadaan dokter spesialis bedah ortopedi dan bedah umum menjadi penting dalam masa tanggap darurat ini.
Berdasarkan permintaan, tenaga medis yang dibutuhkan khususnya spesialis bedah ortopedi untuk korban yang patah tulang. Selain itu dibutuhkan banyak perban dan pen (logam untuk membantu proses penyambungan tulang).
"Dalam bencana gempa kasus fraktur banyak t erjadi karena korban tertimpa runtuhan. Bencana gempa di Yogyakarta juga demikian," ujar Kepala Bidang Pemantauan dan Informasi Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Departemen Kesehatan, Yusrizal, Jumat (2/10).
Berdasarkan pendataan Departemen Kesehatan, sejauh ini, total tenaga kesehatan yang sudah ada sebanyak 226 orang. Sebanyak 12 orang diantaranya spesialis bedah ortopedi dan 17 orang dokter bedah umum. Selebihnya ialah 37 dokter umum, 3 tenaga untuk menilai situasi, 2 spesialis bedah syaraf, 8 spesialis anestesi, 1 dokter kandungan, 3 dokter anak, 3 dokter penyakit dalam, 3 spesialis mata, 1 spesialis jiwa, 47 perawat, 18 perawat mahir 18, 1 penata anestesi, 1 bidan, dan 5 asisten apoteker. Terdapat pula 9 sarjana kesehatan, 3 kesehatan lingkungan, 1 petugas komunikasi, 3 petugas administrasi, 1 petugas gizi, 3 petugas logistik, 16 supir dan 27 orang tenaga lain bantuan.
"Masa tanggap darurat cukup panjang yakni mencapai dua bulan sehingga harus diantisipasi tenaga penggantinya," ujar Yusrizal. Pelayanan kesehatan darurat bagi korban bencana tidak dipungut bayaran.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Depkes, Lily S Sulistyowati melalui siaran persnya menyatakan, Departemen Kesehatan telah mengirimkan bantuan dana operasio nal sebesar Rp 200 juta, 1,5 ton obat-obatan, 200 buah kantong mayat, dan 5 ton Makanan Pendamping-ASI. Sejumlah instansi seperti TNI, sejumlah dinas kesehatan, Pusat Penanggulangan Krisis di beberapa wila yah juga mengirimkan bantuan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.