MEDAN, KOMPAS.com - Ratusan warga Sadabuan, Kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara, mencoba menyelamatkan diri ke masjid dan daerah perbukitan ketika merasakan gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) yang melanda Sumatera Barat.
"Saya berusaha membawa dua anak saya mengungsi ke masjid karena lokasi itu saya anggap paling aman saat terjadinya gempa," kata salah seorang warga Padang Sidempuan, Sulasti (40), ketika dihubungi dari Medan, Rabu malam.
Gempa berkekuatan 7,6 SR yang terjadi di Sumbar, pukul 17:16 WIB itu menelan korban puluhan jiwa, ribuan rumah hancur berantakan, sejumlah bangunan perkantoran dan pusat perbelanjaan juga rubuh, bahkan beberapa jalan provinsi juga rusak.
Pusat gempa berada pada 0,84 Lintang Selatan (LS) dan 99,65 Bujur Timur (BT), dengan kedalaman 71 Km di dasar laut dan 57 Km arah Barat Daya Kota Pariaman, Sumbar.
Gempa yang cukup kuat itu tidak hanya dirasakan di Medan, Jambi, Pekanbaru, Lampung, Bengkulu, tetapi juga di negara jiran Malaysia dan Singapura.
Sulasti mengaku membawa anak-anaknya ke rumah ibadah karena lokasi tersebut juga banyak didatangi warga. Menurut dia, masjid merupakan tempat suci dan aman dijadikan sebagai lokasi penampungan sementara bagi masyarakat.
"Apalagi, selama ini berdasarkan pengalaman saat terjadinya kebakaran dan musibah banjir serta gempa, masjid tetap aman dan selalu terhindar dari bencana," jelasnya.
Ia menambahkan, saat terjadi bencana ratusan warga juga menyelamatkan diri ke perbukitan, karena mereka takut bangunan yang ada di kota itu akan rubuh.
"Kota Padang Sidempuan banyak memiliki bangunan tinggi berupa rumah dan toko, juga gedung perkantoran dan bangunan lainnya," kata Ningsih yang suaminya bekerja sebagai buruh perkebunan sawit.
Kota Padang Sidempuan yang juga disebut "kota salak" berlokasi sekitar 410 Km arah timur Kota Medan.