Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyembunyi Noordin Itu Mengaku Hanya Urusi Sapi

Kompas.com - 18/09/2009, 07:28 WIB

Tatkala sowan ke Suratmin itu, Susilo menunjukkan KTP dirinya dan KTP sang istri, Munawaroh, serta menyerahkan fotokopi surat pernikahan. KTP Susilo dikeluarkan oleh pihak Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo, sedangkan KTP Munawaroh dari Desa Banaran, Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

“Satu kali itu saja saya ketemu Mas Susilo atau Mas Adib. Waktu itu dia datang ke rumah saya sore hari,” ujar Suratmin, yang sedang duduk bersama dua polisi saat ditemui Surya di sebelah timur rumah kontrakan Susilo, Kamis sore.

Suratmin menilai, warganya itu termasuk orang yang tak mau bergaul dengan warga lain, tak bersosialsasi dengan para tetangga. “Buktinya, setiap diundang ke arisan bapak-bapak yang diselenggarakan setiap tanggal 1, dia tidak pernah datang,” ujarnya.

Meski demikian, Suratmin, sebagaimana Sulini, tak pernah menyangka bahwa Susilo adalah anggota jaringan teroris. “Selama ini saya hanya mengira dia orang yang tertutup dan tidak mau bergaul,” katanya.

Suratmin juga menjelaskan bahwa Kepuhsari RT 03 RW 10 dihuni oleh 95 kepala keluarga. “Mayoritas dari mereka bekerja sebagai buruh,” kata Suparmin.

Kampung Kepuhsari merupakan kampung gersang yang terletak di Solo bagian utara. Di sebelah utara kampung tersebut terdapat Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo, sebuah tempat pembuangan akhir yang unik karena di sana terdapat banyak sapi pemakan sampah, termasuk sampah plastik.

Kampung tersebut termasuk sepi dan tersembunyi karena memang berada di kawasan pinggiran. Ketika Surya masuk mulut kampung ini, langsung teringat Dusun Beji, Kedu, Kabupaten Temanggung, yang awal Agustus lalu dipakai sebagai tempat persembunyian Ibrohim, yang akhirnya tewas diserbu Densus 88 Antiteror. Bedanya, suasana Beji sejuk karena daerah pegunungan, sedangkan Kepuhsari panas dan gersang.

Setelah penembakan Noordin dan kawan-kawan, kampung itu menjadi lebih “panas”. Kamis sore, misalnya, ratusan warga berkerumun di sana untuk menyaksikan kondisi rumah Susilo yang rusak berat. Selain itu, banyak polisi berada di sana.

Hal lain yang membuat para tetangga menilai keluarga Susilo adalah keluarga baik-baik meskipun tertutup adalah keberadaan Munawaroh (20). Pasalnya, sejak tinggal di rumah kontrakan tersebut, istri Susilo yang kini hamil empat bulan tersebut juga menyelenggarakan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) bagi anak-anak di kampung tersebut, termasuk untuk dua anak Sulini, Yupi (10) dan Nanda (6).

Hanya, menurut Sulini, ada yang sedikit “aneh” dengan TPA tersebut, anak-anak pesertanya selalu diajar di emperan rumah lantaran pintu rumah Susilo senantiasa tertutup. Hal itu terlihat jelas dari rumah Sulini karena rumah ini lebih tinggi daripada rumah Susilo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com