Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nomad, "The Death Air Ship"

Kompas.com - 07/09/2009, 17:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pesawat jenis Nomad memang dikenal angker. Betapa tidak, dari 170 unit yang diproduksi Government Aircraft Factories (GAF) Australia sejak 1975 sampai dihentikan tahun 1985, sudah 100 unit yang jatuh, belum termasuk milik TNI AL yang baru saja jatuh di Nunukan, Kalimantan Timur, Senin (7/9). Dari sekian banyak kecelakaan, 24 jatuh (total loss) dan 76 kecelakaan sedang dan ringan. Pantas kalau ada yang menyebut Nomad sebagai The Death Air Ship.

Meski demikian, pesawat Nomad yang terdiri seri N-22 dan N-24 sebenarnya merupakan pesawat serbaguna. Nomad juga dibuat beragam versi, seperti transpor, medis, pengintai darat, dan patroli maritim. Kemampuan taktis Nomad juga bagus untuk berbagai misi. Ia dirancang bisa melakukan short take off landing (STOL) yang hanya membutuhkan landasan pacu pendek sepanjang 400 meter dan yang tidak standar sekalipun, seperti tanah dan rumput. Pesawat Nomad dapat terbang rendah untuk memantau obyek dari dekat. Di kawasan Asia Pasifik, hanya Nomad yang memiliki kemampuan demikian. Meski banyak dipakai untuk misi patroli, Nomad tidak dilengkapi persenjataan.

TNI AL termasuk pengguna terbesar jenis pesawat ini karena mengoperasikan 42 pesawat Nomad sejak 1975. Dari jumlah itu, kecelakaan Nomad yang fatal hanya terjadi dua kali, yaitu di perairan Pulau Bintan tahun 1987 dan perairan Sabang tahun 2007 sebelum peristiwa di Nunukan. Maka dari itu, Australia pun memuji TNI AL sebagai operator Nomad paling efektif di dunia dan pada tahun 1997 menghibahkan sisa pesawat Nomad ke Indonesia termasuk dukungan teknis.

Meski demikian, TNI AL terus mengurangi jam terbang pesawat-pesawat Nomad, bahkan sempat dilarang terbang sejak kecelakaan fatal tahun 2007. TNI AL juga berupaya mendapatkan armada penggantinya. Pilihannya Skytruck/Bryza buatan Polandia, Foker 50 MPA, CN-235 MPA, dan CN212-MPA.

Spesifikasi umum Nomad

Kru: satu atau dua
Kapasitas: 12-13 penumpang
Panjang: 12,56 meter
Bentangan sayap: 16,52 meter
Tinggi: 5,52 meter
Luas sayap: 31,28 meter persegi
Berat kosong: 2.150 kilogram
Berat maksimum terbang: 3.855 kilogram
Mesin: 2× Allison 250-B17B turboprop engines, masing-masing 298 kW
Kecepatan maksimum: 311 kilometer/jam
Daya jelajah: 1.074 kilometer
Ketinggian operasi: 6,400 meter (21,000 feet)
Daya angkat: 7,4 meter/detik (1,460 feet/menit)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Rakernas, Sekjen PDI-P Sampaikan Pesan Megawati bahwa Masyarakat Bisa Makmur dari Pangan

Jelang Rakernas, Sekjen PDI-P Sampaikan Pesan Megawati bahwa Masyarakat Bisa Makmur dari Pangan

Nasional
Mabes Polri Diminta Ambil Alih Kasus Tewasnya Brigjen Setyo untuk Hindari Konflik Kepentingan

Mabes Polri Diminta Ambil Alih Kasus Tewasnya Brigjen Setyo untuk Hindari Konflik Kepentingan

Nasional
Mendag Tegaskan Jualan 'Online' Tak Dilarang, tapi Harus Sesuai Ketentuan

Mendag Tegaskan Jualan "Online" Tak Dilarang, tapi Harus Sesuai Ketentuan

Nasional
PDI-P: Nama Bakal Cawapres Ganjar Tinggal Diumumkan Megawati

PDI-P: Nama Bakal Cawapres Ganjar Tinggal Diumumkan Megawati

Nasional
Soal Wacana Duet Prabowo-Ganjar, Demokrat: Tidak Cukup Waktu Bernegosiasi

Soal Wacana Duet Prabowo-Ganjar, Demokrat: Tidak Cukup Waktu Bernegosiasi

Nasional
Dituding Cari Kesalahan oleh Lukas Enembe, KPK: “Playing Victim!”, Patah Arang untuk Bela Diri

Dituding Cari Kesalahan oleh Lukas Enembe, KPK: “Playing Victim!”, Patah Arang untuk Bela Diri

Nasional
Pemerintah Putuskan 'Social E-commerce' Hanya Boleh Promosi, Dilarang Transaksi

Pemerintah Putuskan "Social E-commerce" Hanya Boleh Promosi, Dilarang Transaksi

Nasional
Megawati Disebut Dialog Berulang Kali dengan Jokowi Sebelum Nama Bakal Cawapres Ganjar Diputuskan

Megawati Disebut Dialog Berulang Kali dengan Jokowi Sebelum Nama Bakal Cawapres Ganjar Diputuskan

Nasional
Soal Posisinya sebagai Caleg DPD, Calon Hakim MK Reny: Tak Dilarang Undang-undang

Soal Posisinya sebagai Caleg DPD, Calon Hakim MK Reny: Tak Dilarang Undang-undang

Nasional
KPK Duga Lukas Enembe Tempatkan Uang 'Panas' di Perusahaan Penerbangan

KPK Duga Lukas Enembe Tempatkan Uang "Panas" di Perusahaan Penerbangan

Nasional
Kaesang Gabung PSI, Said Abdullah Beberkan Perjalanan Politik Jokowi Bersama PDI-P

Kaesang Gabung PSI, Said Abdullah Beberkan Perjalanan Politik Jokowi Bersama PDI-P

Nasional
Urus SKCK Sendiri, Anies: Buat Melamar Kerja...

Urus SKCK Sendiri, Anies: Buat Melamar Kerja...

Nasional
Kompolnas Harap Kasus Kematian Ajudan Kapolda Kaltara Diusut Transparan

Kompolnas Harap Kasus Kematian Ajudan Kapolda Kaltara Diusut Transparan

Nasional
Soal Nama Cawapres Ganjar, Sekjen PDI-P: Dialog 3 Jam dengan Jokowi sampai Minta Petunjuk Tuhan Sudah Dilakukan

Soal Nama Cawapres Ganjar, Sekjen PDI-P: Dialog 3 Jam dengan Jokowi sampai Minta Petunjuk Tuhan Sudah Dilakukan

Nasional
Pemerintah Bakal Tutup Social E-Commerce jika Tetap Berjualan Usai Diberi Peringatan

Pemerintah Bakal Tutup Social E-Commerce jika Tetap Berjualan Usai Diberi Peringatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com