Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Yakin Bahrudin Terlibat Bom Mega Kuningan

Kompas.com - 20/07/2009, 06:15 WIB

CILACAP, KOMPAS.com-Kerabat Bahrudin Latif tak yakin kalau pemilik Pondok Pesantren Al-Muaddib di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jawa Tengah, terlibat aksi terorisme dan pengeboman di Mega Kuningan, Jakarta, pada Jumat (17/7) silam.

"Saya tak percaya kalau Pak Bahrudin terlibat terorisme karena keseharian beliau sibuk di pesantren. Namun, kalau memang terlibat, itu di luar sepengetahuan saya," kata Pimpinan Yayasan Dakwah Islam Al-Muaddib ,Mahfudz saat dihubungi ANTARA, Minggu (19/7) malam.

Dia mengaku sulit mempercayai keterlibatan Bahrudin dalam aksi terorisme meski di pekarangan rumah Bahrudin ditemukan bahan peledak yang konon mirip dengan bom yang meledak di Mega Kuningan. Menurut dia, sosok Bahrudin sangat perhatian terhadap pesantren yang kondisinya sering kali kekurangan.

"Untuk kebutuhan operasional, pesantren ini selalu minus hingga Rp 2,5 juta setiap bulannya. Pak Bahrudin selalu berusaha memenuhi kebutuhan pesantren sehingga kemungkinan untuk membeli barang-barang itu (bahan peledak, red.) sangat kecil," katanya.

Dia mengaku cukup mengenal sosok Bahrudin meski tidak mengenal seluruh keluarganya, khususnya menantu Bahrudin yang hingga saat ini masih menjadi misteri. Saat menikahkan anaknya, kata dia, Bahrudin hanya menggelar selamatan di masjid. Bahkan saat itu, tak ada warga yang mengetahui nama dan sosok menantu Bahrudin.

"Saya baru ingat kalau Pak Bahrudin punya menantu setelah kasus ini terkuak. Bahkan saat pernikahan itu, saya juga tak tahu yang mana menantu Pak Bahrudin," kata Mahfudz.

Disinggung mengenai aktivitas pesantren, dia mengatakan, saat ini mulai berjalan normal meski tidak ada siswa baru yang mendaftar. Menurut dia, tidak adanya santri baru kemungkinan disebabkan adanya pemberitaan di berbagai media massa yang menyoroti Bahrudin Latif dan Pondok Pesantren Al-Muaddib. "Kemarin memang sempat sepi karena masih adanya renovasi masjid sehingga para santri belum seluruhnya datang," katanya.

Secara terpisah, salah satu santri, Zaenab menyayangkan pemberitaan di berbagai media massa sehingga banyak calon santri yang membatalkan untuk mendaftar di pesantren tersebut.

Terkait sosok Bahrudin Latif, dia mengaku tidak menyangka kalau pemilik pesantren ini dituduh terlibat terorisme karena selama ini Bahrudin dikenal sangat baik terhadap para santri. Disinggung mengenai materi pelajaran yang diajarkan di pesantren tersebut, dia mengatakan, materi pelajaran sama seperti pesantren lainnya. "Kami di sini diajarkan bahasa Arab dan ilmu-ilmu keagamaan," katanya.

Dia mengharapkan, tiga unit komputer yang dibawa Densus 88 dapat segera dikembalikan lantaran perangkat tersebut sangat dibutuhkan dalam proses belajar santri.

Sementara itu Nurlela, istri Saefudin Zuhry --tersangka teroris yang ditangkap Densus 88 pada Minggu (21/6) dan merupakan keponakan Bahrudin Latif-- mengatakan, hal itu mungkin merupakan takdir suaminya. "Mungkin ini sudah menjadi takdir. Kita serahkan semuanya kepada Allah," katanya.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, Densus 88 menemukan sejumlah kantong plastik yang diduga berisi bahan peledak di pekarangan rumah Bahrudin Latif pada Selasa (14/7). Bahan peledak berupa serbuk belerang dan potasium tersebut tersimpan dalam jerigen plastik yang ditimbun di dalam tanah bekas kolam yang berjarak sekitar 50 meter dari belakang rumah Bahrudin.

Selain itu, Densus juga menemukan beberapa peralatan elektronik, ayakan, dan alat tumbuk yang terbuat dari batu. Sementara itu Bahrudin Latif yang menghilang beberapa hari sebelum rumahnya digerebek Densus 88 pada 23 Juni silam, hingga kini belum diketahui keberadaannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com