Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Co Pilot AirAsia Sempat Istirahat di Hotel

Kompas.com - 12/05/2009, 21:21 WIB

"Dari sini pula makanya kita tidak menyatakan kalau pasien suspcet flu babi. Dan pernyataan suspect hanya bisa dikeluarkan oleh dokter yang menangani serta dinkes," tambah Deden.

Sudah demam

Dalam jumpa pers, Selasa siang tadi, anggota Tim Penanganan Infeksi Khusus RSHS, dr Primal Soedjana, mengatakan, pasien asal Surabaya tersebut tiba di RSHS pukul 17.26 WIB. Pasien dibawa oleh tim dokter dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Hussein Sastranegara, Bandung.

Saat tiba, pasien sudah mengalami demam, sakit tenggorokan, nadi cepat, dan sesak napas. "Kriteria ini mirip dengan gejala swine flu seperti yang telah ditetapkan Depkes. Atas dasar ini, pasien kita rawat di ruang isolasi dan dinyatakan suspect swine flu," kata Primal.

Penetapan suspect, lanjut Primal, karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menerapkan istilah observasi untuk kasus flu babi. Karena tidak ada istilah inilah, maka untuk kasus co pilot tadi, meski belum tentu terserang virus flu babi, dinyatakan suspect swine flu H1N1.

Dipaparkan Primal, sebelum dirawat di RSHS, pasien kerap melakukan perjalanan internasional ke Singapura dan Kuala Lumpur. Pasien pun sempat kontak dengan seorang penderita flu di salah satu bandara yang pernah disinggahi pasien. "Mobilitas pasien sebelumnya cukup tinggi, dia sering melakukan perjalanan internasional dan pernah kontak langsung dengan salah seorang penderita flu di salah satu bandara," paparnya.

Meski sempat kontak, tetapi tidak diketahui pasti apakah orang terkena flu tersebut teridentifikasi terserang flu babi karena orang tersebut juga berada di bandara dan bukan dalam status pasien rumah sakit.

Primal juga mengatakan, dari hasil pemeriksaan timnya, ditemukan demam tinggi hingga 38 derajat celsius. Selain itu, respirasi atau pernapasan pasien mencapai 20, sementara normalnya di bawah 20, yaitu 15. Penemuan lain, pasien mengidap gejala atau ciri-ciri influenza light lienerr (ILI) seperti hidung meler, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.

Untuk pengobatan, lanjut Primal, pasien mendapat perlakuan layaknya penderita flu burung atau AI. Dalam satu hari, pasien mendapat obat tamiflu dengan dosis dua kali 75 miligram. Seperti pasien AI, tim dokter juga mengambil sampel apus hidung dan tenggorokan serta darah pasien untuk diperiksa di Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Jakarta.

"Sampelnya sudah kita kirim semalam, dan hasilnya tidak akan diumumkan. Hasil hanya bisa diumumkan atau diberitahukan langsung oleh Depkes atau Menkes. Kita hanya merawat saja," ujar Primal. (TRIBUN JABAR/TIF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com