Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Sholah Pun Bicara Fenomena Ponari

Kompas.com - 22/02/2009, 08:01 WIB

JOMBANG, MINGGU — Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, mengiaskan fenomena dukun cilik Ponari dengan seseorang yang sedang melakukan ritual ziarah kubur.

"Untuk menjawab pertanyaan, apakah berobat ke tempat Ponari itu musyrik atau tidak, kita bisa melihat niatan orang yang berziarah kubur," katanya di Jombang, Jawa Timur, Minggu (22/2).
    
Ia menjelaskan, kalau seseorang berobat ke tempat Ponari dan meyakini bahwa batu yang dibawa bocah berusia sembilan tahun itu bisa menyembuhkan segala jenis penyakit, sudah pasti orang tersebut telah melakukan perbuatan syirik.

"Akan tetapi, kalau seseorang menganggap bahwa batu Ponari itu hanya sebagai wasilah (perantara), sedangkan yang menyembuhkan penyakit adalah Allah, maka sama sekali tidak ada perbuatan menyekutukan Allah," kata cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari itu.

Perbuatan itu sama halnya dengan orang berziarah kubur. "Kalau orang berziarah kubur lalu berdoa dan meminta kepada ahli kubur, jelas dia berbuat kemusyrikan," kata Gus Sholah.

Oleh sebab itu, metode pengobatan yang dilakukan dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, itu tidak bisa dinilai syirik karena mengandung unsur-unsur takhayul begitu saja. "Harus arif dalam menilai pengobatan yang dilakukan Ponari. Tidak bisa melihat dari satu sudut pandang saja," kata adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Fenomena Ponari itu, lanjut Gus Sholah, bukan merupakan ancaman serius terhadap syariat Islam sehingga tidak seharusnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa syirik. "Demikian pula terhadap masyarakat Jombang yang dikenal religius karena banyaknya pondok pesantren, sama sekali tidak terusik dengan fenomena Ponari," kata mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) itu.

Justru dia menyarankan masyarakat Desa Balongsari untuk bergotong royong dalam menertibkan antrean pasien agar tragedi yang menewaskan empat pasien akibat terinjak-injak ribuan pasien lainnya tidak terulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com