Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Saya Hiperseks?

Kompas.com - 23/12/2008, 06:42 WIB

Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: hormon seks, keadaan kesehatan tubuh, faktor psikis, pengalaman seksual sebelumnya, dan rangsangan seksual yang diterima. Kalau faktor tersebut mendukung, dorongan seksual terasa kuat, dan hubungan seksual sering dilakukan.

Pada Ibu Sunarti, sangat mungkin faktor tersebut sangat mendukung sehingga dia selalu ingin melakukan hubungan seksual. Mungkin hubungan seksual yang dilakukan selalu menyenangkan. Mungkin pula kesehatan tubuhnya dan suasana psikis yang mendukungnya baik. Maka wajar kalau dia ingin mengulangi lagi pengalaman yang menyenangkan itu.

Sebaliknya, kalau faktor di atas tidak menyenangkan, wajar juga kalau tidak ingin melakukan hubungan seksual. Bahkan dorongan seksualnya justru lenyap sama sekali, dan tidak ingin melakukan hubungan seksual lagi.

Gambaran Hiperseks
Istilah hiperseksual (hypersex) menunjukkan suatu kelainan seksual berupa dorongan seksual yang sangat tinggi dan menetap. Hiperseksual memiliki beberapa gambaran sebagai berikut: Hubungan seksual merupakan kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan, sering dilakukan di antara kesibukan; semata-mata ingin mengejar orgasme yang sering; hubungan seksual dilakukan tanpa emosi, hanya untuk kenikmatannya sendiri.

Biasanya seorang hiperseksual melakukan hubungan dengan banyak pasangan karena pasangan tetapnya tidak selalu bersedia melakukan hubungan dengan frekuensi sangat sering. Pada wanita, hiperseksual disebut nymphomania.

Kalau benar penjelasan yang didengar Ibu Sunarti di TV bahwa orang yang sering kali ingin  melakukan hubungan seksual digolongkan hiperseksual, wah, alangkah banyaknya orang yang hiperseksual di muka bumi ini. Penjelasan itu tidak benar dan menyesatkan.

Kalau suami tidak mampu memenuhi permintaan istri untuk sering melakukan hubungan seksual, bukan berarti istri hiperseks. Sebaliknya, kalau istri tidak mampu memenuhi permintaan suami, bukan berarti suami  hiperseksual.

Mudah-mudahan gambaran di atas tidak dialami Ibu Sunarti. Terbukti, dia merasa cukup hanya dengan bermesraan atau merangsang suami. Keadaan seperti ini tidak dijumpai pada orang hiperseksual karena yang dikejar semata-mata kenikmatan seksual atau orgasme, tanpa keterlibatan emosi.

Kemauan dan Kemampuan
Dengan keinginan istri untuk sering berhubungan seks, sepanjang tidak ada keluhan dari suami, maka tidak ada yang mesti dirisaukan. Tidak ada dampak buruk sepanjang dilakukan sesuai dengan kemauan dan kemampuan bersama.
Andaikata suatu saat suami tidak mampu memenuhi keinginan istri untuk melakukan hubungan seksual yang sering, dan itu sampai mengganggu, tentu harus dicarikan jalan keluar.

Misalnya mencari cara substitusi, misalnya suami melakukan masturbasi terhadap istri, atau boleh juga menggunakan alat bantu yang benar. Namun, sesuai pengakuan Ibu Sunarti yang tidak selalu harus dipenuhi dengan hubungan seksual, tampaknya masalah itu tidak akan terjadi.

Perkembangan lebih lanjut akan menentukan bagaimana kehidupan seksual Ibu Sunarti dan bagaimana pula suaminya. Bukan tak mungkin frekuensi berkurang, misalnya karena kesibukan fisik dan mental setelah punya anak.

Perubahan seperti ini sangat mungkin dan wajar terjadi. Perubahan apa pun yang terjadi, hal penting yang harus diperhatikan ialah kehidupan seksual dengan pasangan harus berlangsung harmonis. Kalau tidak, dapat muncul masalah. @

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com