Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Selamatkan Merpati, Pemerintah Pecat 1300 Pegawai

Kompas.com - 07/08/2008, 22:07 WIB

Dari jumlah Rp 300 miliar, di antaranya sebanyak Rp 223 miliar diperuntukan untuk membayar pesangon 1.300 pegawai Merpati Nusantara, yang akan diberhentikan. Sebanyak Rp 50 miliar untuk modal kerja. Sisanya, selain untuk biaya operasional pengalihan armada ke Makassar, Sulawesi Selatan, juga untuk merevitalisasi pesawat yang tidak bisa terbang.

Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan hal itu, dalam keterangan pers, seusai mengikuti rapat terbatas (ratas) mengenai restrukturisasi Merpati Nusantara di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta. Dalam keterangan pers itu, hadir Direktur Utama Merpati Nusantara yang baru, yaitu Bambang Bhakti. Ratas sebelumnya dihadiri oleh Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan sejumlah menteri terkait.      

Karena rugi terus menerus dan mengalami kesulitan besar, maka Merpati harus direstrukturisasi secara total sesegera mungkin. Selain diputuskan dipindahkan operasinya di Makassar, pemeirntah juga akan menyediakan dana tambahan di antaranya untuk program pesangon 1.300 pegawai. Program ini tidak termasuk pilot. Kalau pilot akan dikoordinasikan dnegan PT Garuda Indonesia, tandas Sofyan.

Sofyan menyebutkan, prosesnya dimulai bulan ini dan akhir Agustus ini diharapkan sudah bisa dimulai program pembayaran pesangon pegawai. Memang ada opsi restrukturisasinya dilakukan melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang sudah berpengalaman melakukan restrukturisasi. Mungkin juga suntikan dananya dilakukan melalui PPA, tambah Sofyan.

Saat ditanya mengenai utang yang masih harus dibayar Merpati, Bambang Bhakti hanya mengatakan bahwa pihaknya harus dalam waktu segera merenegosiasi agar kewajiban utang itu bisa diselesaikan. Per tahun 2008 ini, total utang Merpati tercatat sekitar Rp 2,3 triliun, dengan modal dan cadangan mencapai Rp 1,4 triliun.

Presiden minta audit dulu

Sementara, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani yang ditanya, seusai ratas yang membahas isi Pidato Kenegaraan 17 Agustus Presiden di Sidang Paripurna DPR, mengatakan Presiden Yudhoyono sudah memutuskan sebelum dilakukan PMN sebesar Rp 300 miliar, Merpati Nusantara harus dilakukan audit dan memperbaiki kinerjanya terlebih dulu.

"Bapak Presiden tadi meminta supaya diaudit dulu, mengenai situasi awal mereka. Merpati juga harus terlebih dulu menyusun detil rencana bisnis seperti mengajukan rute penerbangan yang tepat untuk dipertahankan, pengurangan biaya operasional, serta investasi yang dibutuhkan. Jadi, rencana bisnis agar Merpati memiliki neraca keuangan sehat di bawah pengelolaan manajemen yang baik, tandas Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, ini merupakan tugas dari manajemen baru, untuk menyusul suatu rencana bisnis yang akhirnya berujung membuat neraca Merpati lebih baik lagi. "Setelah itu, baru dana yang Rp 300 miliar itu diberikan. Jadi, tidak langsung digelontorkan begitu, akan tetapi tergantung rencana bisnis tadi," lanjut Sri Mulyani.

Tentang restrukturisasi yang akan dilakukan oleh PPA, Sri Mulyani mengatakan masalah itu akan dilihat lagi terkait dengan akan berakhirnya masa tugas PPA yang direncanakan pada April 2009, sehingga harus diperhitungkan dengan PPA. yang baru mendatang.

 

JAKARTA, KAMIS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Kamis (7/8) sore, mengambil keputusan untuk menyelamatkan PT Merpati Nusantara dengan menyuntik kembali dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 300 miliar dari pos penyertaaan modal di APBN-P 2008.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com