KEDIRI, SELASA - Surat Keputusan Bersama tentang Ahmadiyah yang ditandatangi oleh Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri dinilai rancu karena bisa memunculkan multitafsir. Dikhawatirkan, SKB ini akan memicu konflik di tingkatan masyarakat akar rumput hanya karena mereka salah menginterpretasikan isi surat tersebut.
Pernyataan itu disampaikan oleh Dino Ferdian atau Dino Taher Achmad, mubaligh Jemaah Ahmadiyah Indonesia yang ditugaskan di Kota Kediri, Jawa Timur, saat ditemui di kediamannya Selasa (10/6) pagi.
Dalam poin satu dan poin dua SKB berisi tentang perintah kepada penganut, anggota atau pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama Islam.
Padahal Ahmadiyah sendiri selama ini merasa bahwa ajaran yang mereka anut tidak pernah menyimpang dari agama Islam. Dasar hukum yang mereka gunakan juga sama yakni Al Qur an. Oleh karena itu, jemaah Ahmadiyah di Kota Kediri bingung, kegiatan apa yang harus dihentikan.
"Apakah kami tidak boleh sholat, karena kegiatan kami sehari-hari adalah sholat. Pemerintah dan bahkan siapa pun tidak punya hak melarang kami sholat, karena sholat itu bersifat personal dan merupakan urusan antara Tuhan Sang Pencipta dengan umatnya," kata Dino.
Puguh Abdul Qudus, jemaah Ahmadiyah yang lain menambahkan, pihaknya sangat menyesalkan sikap pemerintah yang dinilai tidak menghargai kebebasan beragama. "Jika kami dilarang melakukan kegiatan, apakah kami harus tinggal diam apabila melihat tetangga atau orang yang sedang melintas butuh pertolongan. Bukankah pada dasarnya fitrah manusia itu baik," katanya.
Sejak Ahmadiyah masuk ke Indonesia sebelum kemerdekaan sampai saat ini, belum pernah terdengar mereka membuat ulah. Bahkan Ahmadiyah juga turut berjuang mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia bersama-sama dengan organisasi keagamaan lainnya.
Kendati sangat kecewa dengan sikap pemerintah, Jemaah Ahmadiyah di Kediri tidak berencana melakukan aksi. Mereka hanya diam dan menunggu instruksi dari organisasi di pusat. Selain itu, mereka juga tetap menjaga hubungan baik yang telah terbina selama ini dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Untuk mengantisipasi munculnya gejolak dari kalangan masyarakat tertentu, jauh-jauh hari, Ahmadiyah Kediri sudah berkoordinasi dengan Polresta Kediri. "Yang kami khawatirkan adalah adanya kelompok tertentu yang salah menginterpretasikan SKB, lantas menyerang kami, hanya karena kami melakukan sholat, dan sholat itu dianggap sebagai kegiatan," kata Dino.(NIK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.