JAKARTA, SENIN - Sepuluh orang perwakilan guru bantu diterima oleh Asisten Deputi Perencanaan SDM Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Kristiono, Senin (26/5).
Dalam kesempatan itu, para guru bantu menyatakan, mereka butuh bukti, bukan janji. Maklum saja, dua bulan sudah keringat mereka tak berbayar. Gaji bulan April dan Mei belum dibayarkan. Alasannya, tak ada lagi alokasi anggaran di APBN untuk para guru bantu. Sebab, honor sebagai guru bantu dihentikan karena ada anggapan seluruh guru bantu di DKI Jakarta sudah diangkat menjadi PNS.
"Padahal belum ada SK PNS yang turun, tapi honor sebagai guru bantu belum juga turun. Ini sangat merugikan guru bantu, karena kami masih mengajar dan kontrak masih sampai Desember 2010. Kami ingin dicarikan solusi, karena katanya di APBN tidak ada lagi anggarannya," ungkap Ketua Komunikasi Forum Guru Bantu DKI Jakarta, Syarifah Efiana.
Menanggapi aduan ini, Kristiono mengatakan pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan Mendiknas untuk mencarikan solusinya. Menurut info yang diterima Kementerian PAN, ada sebagian guru bantu yang disudah diterima dan diproses sebagai PNS. "Kami di Menpan, sudah koordinasi dengan BKN untuk mencari solusi bagi guru bantu yang berjumlah 6882. Saat ini masih dalam proses, kami tidak bisa memberi janji dan jaminan akan diangkat," kata Kristiono.
Alternatif solusi yang ditawarkannya, Kementerian PAN akan mencarikan formasi di daerah di sejumlah provinsi yang masih membutuhkan tenaga guru bantu. "Kalau mau jadi PNS, kita beri alternatiff untuk mencarikan tempat di daerah yang membutuhkan. Kami akan memberikan formasi berdasarkan usulan Pemda setempat di seluruh Indonesia. Di Jabodetabek katanya keberatan karena ada guru tidak tetap juga dibiayai dari APBD," ujar
Kris.Efiana mengatakan, mereka sudah melakukan berbagai upaya untuk mencari kepastian. Terakhir kali, mereka bertemu dengan Dikdas DKI Jakarta, jawabannya bahwa pengangkatan guru bantu bukan merupakan wewenang Pemda DKI Jakarta. "Katanya, mereka hanya user dari BKD dan BKN. Kami harus berjuang sendiri ke pusat. Kami sampai mengemis, datang ke sini. Tolonglah kami," demikian Kris Efiana. (ING)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.