Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlanjut, Aksi Penolakan Tambang di Kediri

Kompas.com - 30/05/2013, 14:43 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com - Puluhan warga Desa Manyaran di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mendatangi kantor Balai Desa setempat, Kamis (30/5/2013). Kedatangan itu sebagai bentuk penolakan adanya galian pertambangan yang ada di wilayah itu.

Puluhan warga datang menggunakan sepeda motor dan dan langsung merangsek masuk ke kawasan kantor. Polisi yang datang kemudian memediasi mereka dengan perangkat desa lalu duduk bersama dalam pertemuan. Dihadirkan pula para pemilik pertambangan, yaitu Sholeh, Sumardi alias Gareng, serta Sarjono.

Dalam pertemuan itu, warga tetap bersikukuh meminta dua tambang yang ada, ditutup total karena mengganggu lingkungan serta menyebabkan kerusakan serius pada akses jalan sepanjang desa.

Selain itu, warga juga mempertanyakan perilaku penambang yang menyerobot lahan desa. "Jadi kita tetap meminta galian itu ditutup!," kata Anto, salah satu perwakilan warga menyampaikan aspirasinya saat pertemuan berlangsung.

Menanggapi permintaan warga, Tumijan, Kepala Desa Manyaran, meminta para pemilik tambang menjelaskan perihal perizinan aktivitas penggalian. Sebab, menurut Tumijan, selama ini pihak desa merasa tidak pernah memberikan izin maupun menerima tembusan perizinan. "Dari desa, seingat saya, tidak pernah memberikan izin," kata Tumijan di hadapan warga.

Sumadi, salah seorang pengelola pertambangan mengakui adanya tanah negara yang turut digali. Menurutnya, penggalian itu dilakukannya untuk memudahkan akses jalan menuju lokasi penambangannya.

Sumadi mengaku sanggup mengembalikan tanah itu jika diminta mengembalikan. Alasan itu, rupanya tidak sepenuhnya diterima oleh para warga sehingga sempat terjadi adu argumentasi antara warga dan Sumadi. Pihak desa kemudian menengahi dan akan membentuk tim yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah ini.

Tim itu beranggotakan delegasi dari Manyaran serta utusan dari masing-masing desa yang dilalui oleh hilir mudik kendaraan pengangkut material. "Tim ini nanti yang akan melakukan penelusuran," kata Tumijan.

Aksi tersebut merupakan kelanjutan dari aksi pemblokiran akses jalan menuju kawasan pertambangan oleh warga yang dilakukan sehari sebelumnya. Hal ini dipicu oleh kemarahan warga karena merasa aspirasinya tidak pernah didengar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com