PEKANBARU, KOMPAS.com - Taman Nasional Tesso Nilo di Provinsi Riau yang disiapkan menjadi pusat konservasi satwa liar, sering mengalami kebakaran hingga berpotensi terjadi penyempitan kawasan secara signifikan.
"Titik panas atau hotspot memang selalu terdeteksi di Tesso Nilo setiap musim panas," kata Kepala Seksi Penanggulangan Kebakaran Hutan Bidang Perlindungan Hutan pada Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Rahidi, di Pekanbaru, Jumat (19/4/2013).
Dalam kurun waktu dua pekan terakhir, data pantauan satelit NOAA 18 mendeteksi selalu ada titik panas di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang diindikasi sebagai kebakaran lahan atau suatu kawasan.
Awal kemunculan titik panas pertama, terjadi pada tanggal 14 April 2013, tepatnya di kawasan Desa Segati, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan.
Terbanyak terjadi ditanggal 15 April 2013. Titik kebakaran lahan terjadi di empat titik pada kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.
Selain di kawasan Langgam, menurut data yang diterbitkan Dinas Kehutanan Provinsi Riau, titik kebakaran juga terdeteksi di TN Tesso Nilo yang berlokasi di sekitar Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan. Kemudian di Desa Lubuk Kembang Bunga serta Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan.
Titik panas dengan indikasi kebakaran lahan di TN Tesso Nelo pada 15 April tersebut, menurut Rahidi merupakan yang terparah sepanjang tahun 2013.
"Hal itu dilihat dari kawasan yang terbakar cukup banyak, dan titik lokasinya terpecah menjadi belasan lokasi," katanya.
Rahidi mengakui, pihaknya selalu berupaya keras untuk menekan peristiwa kebakaran hutan atau lahan di sejumlah wilayah kabupaten dan kota di Riau.
Upaya itu, menurut dia dilakukan dengan berkoordinasi dengan sejumlah instansi dan lembaga terkait termasuk Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) setempat.
Penyelamatan hutan dan lingkungan menurut dia, merupakan tanggungjawab bersama semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
"Karena dampak dari peristiwa kebakaran hutan atau lahan, tentunya akan sangat merugikan kehidupan masyarakat," katanya.
Sumber: Antara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.