Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bendi Masih Populer di Polewali Mandar

Kompas.com - 24/09/2012, 20:41 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Delman atau yang akrab dikenal warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat dengan sebutan bendi, hingga kini tetap menjadi salah satu transportasi primadona bagi warga setempat. Tarifnya yang relatif murah dan terjangkau, menjadi alasan banyak warga hingga kini tetap memilih bendi sebagai sarana angkutan utama jika bepergian ke desa tetangga atau ke pasar menjual hasil bumi.

Meski di jalan raya sudah berseliweran aneka jenis transportasi modern yang bisa dipilih, bendi yang bebas polusi dan dinilai lebih sehat, menjadi alasan utama lainnya bagi warga yang tidak terbiasa hidup di tengah tingkat polusi udara yang tinggi. Kemajuan sarana trasportasi modern mulai dari minibus hingga angkutan jenis bus di jalan raya tak membuat bendi menjadi tertinggal atau kehilangan pelanggan.

Di Pasar Campalagian, Wonomulyo dan Tinambung, Polewali Mandar misalnya, warga dari berbagai desa dan kecamatan masih tetap memilih delman sebagai sarana trasportasi utama mereka ke pasar atau ke desa lain. Aneka hasil bumi yang dihasilkan dari kebun dan sawah mereka diangkut menggunakan delman ke pasar atau ke pedagang pengumpul.

Arifuddin, warga Tinambung mengaku lebih memilih bendi daripada angkutan modern seperti mobil karena bendi lebih sehat dan bebas polusi.

"Kendaraan bendi itu lebih sehat dan bebas polusi, makanya saya lebih pilih naik bendi kalau jaraknya tidak terlalu jauh," ujar Arifuddin yang menjadi pelanggan setia bendi.

Rasyidin, pemilik dokar yang melayani sejumlah rute di Kecamatan Monomulyo, Polewali Mandar mengaku tak pernah khawatir kehilangan pelanggan di tengah derasnya alat transportasi modern. Bahkan saat pemerintah terus menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), pemilik bendi makin berkibar.

Kenaikan tarif membuat banyak penumpang yang berpendapatan rendah kerap memilih bendi sebagai kendaraan alternatif karena murah dan terjangkau. "Harga tarifnya yang murah 40 persen dari tarif angkutan umum sperti mobil membuat bendi tetap dipilih warga," ujar Rasyidin.

Meski transportasi bendi kerap dituding menjadi biang kemacetan di sejumlah pusat keramaian seperti pasar, pemerintah setempat hingga kini belum bisa mengurangi sarana trasportasi kuda masuk kota. Karena angkutan bendi, terutama di pedesaan, lebih banyak dipilih warga dengan pertimbangan tarif yang murah dan bebas polusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com