Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Ambon Mengejar Cita...

Kompas.com - 04/07/2011, 17:25 WIB

Oleh: A Ponco Anggoro

“Valdo, ayo panggayo (mendayung),” ajak Yance Sulilatu (42) pada anaknya Valdo Sulilatu (16), di rumahnya di Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Ambon. Valdo yang baru naik kelas tiga di SMPN 3 Ambon itu, lalu bergegas mengambil dayung, mengikuti ayahnya ke tepi pantai Galala tempat perahu mereka sandar.

Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIT. Saatnya orang-orang kantoran yang bekerja di Ambon pulang ke rumahnya. Saat itu pula, jasa perahu di pantai Galala akan banyak digunakan. Perahu mengantarkan mereka menyeberangi Teluk Ambon, dari Galala ke pantai di Poka, Kecamatan Baguala, Ambon.

Setibanya di pantai, Valdo bersama Yance mengangkat dua perahu semang mereka ke pinggir teluk. Masing-masing perahu akan digunakan oleh Valdo dan Yance.

Tak menunggu waktu lama, keduanya langsung menawarkan jasa menyeberang ke Poka kepada orang-orang yang datang ke Galala. Tidak lama pula, Valdo sudah mendapat tiga penumpang. Mereka naik ke perahu semang yang dikemudikan Valdo.

Perahu semang adalah perahu tradisional yang terbuat dari kayu dengan panjang sekitar empat meter. Di samping kiri dan kanan perahu terdapat kayu sepanjang perahu yang berfungsi sebagai penyeimbang. Perahu hanya dapat dinaiki maksimal empat orang. Dan karena lebar perahu yang sempit, hanya sekitar 40 meter, siapapun yang naik, tidak akan bisa banyak bergerak.

Ratusan perahu semang yang beroperasi di jalur Galala-Poka masih banyak diminati meski di jalur ini sudah ada tiga kapal feri yang beroperasi dan ada jalan raya memutar Teluk Ambon. Ini tak lain karena naik perahu semang lebih murah dan lebih cepat.

Dengan dayung sepanjang satu meter, Valdo menggerakkan perahunya. Karena sudah terbiasa, jarak tempuh sekitar 300 meter, ditempuhnya hanya sekitar sepuluh menit. Uang sebanyak Rp 5.000 pun diterimanya usai menyeberangkan penumpang.

Selama hampir dua jam, Valdo bekerja. Ada enam kali banyaknya dia bolak-balik Galala-Poka. Uang yang terkumpul sebanyak Rp 30.000, dimasukkannya ke dalam celengan. “Ditabung untuk biaya sekolah,” tutur Valdo.

Tidak seperti anak-anak lainnya yang berlibur saat masa liburan sekolah seperti sekarang, Valdo lebih memilih bekerja. Menurut Yance, pilihan itu adalah pilihan anaknya sendiri. “Sebetulnya saat liburan ingin sekali berlibur ke tempat wisata tetapi kasihan kalau melihat bapak, seringkali bekerja harus sampai tengah malam,” ujar Valdo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com