Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Ruliyawati Minta Pelaku Dihukum

Kompas.com - 22/05/2011, 11:29 WIB

KENDAL, KOMPAS.com — Jenazah tenaga kerja Indonesia asal Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Ruliyawati (30), yang tewas dibunuh oleh pria berkebangsaan Banglades di Singapura, tiba di kediaman keluarga pada Jumat siang.

Tak diam dengan kasus ini, pihak keluarga menuntut pelakunya dihukum seberat-beratnya. Sebelumnya, Ruliyawati dibunuh di Singapura oleh teman dekatnya yang berkebangsaan Banglades pada Minggu (15/5/2011) pukul 14.00 waktu setempat. Mayatnya ditemukan berada di bak penampungan air di tempat dia tinggal.

Jumat pukul 11.25 WIB, jenazah tiba di Bandara Ahmad Yani, Semarang, dari Singapura dengan pesawat Batavia Air. Jenazah kemudian dipulangkan ke rumah orangtuanya di Dusun Gamping, Desa Sido Kumpul, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal.

Keluarga histeris begitu jenazah tiba. Adik Ruli, Lukman Hakim, meronta begitu memasuki rumah sehingga keluarga dan tetangga harus memegangi tubuhnya. Suami Ruli, Sodikhun, masih shock dan berada di kediamannya di Dusun Cipluk Barat di desanya bersama anak mereka, Eki (2,5).

Ayah Ruli, Slamet (45), walaupun sudah mendapat penjelasan dari PT Dafa, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia yang menempatkan Ruli, hingga kini masih bertanya-tanya. "Sebenarnya apa yang terjadi pada anak saya? Dia dibunuh siapa? Jam berapa? Di mana? Bagaimana kejadiannya," ujar Slamet.

Sepupu Ruli, Bejo Sukmono, mengungkapkan, keluarga masih belum memercayai kematian Ruli. Dari internet, Bejo mendapat informasi bahwa Ruli dibunuh oleh teman prianya. Meski demikian, keluarga meminta pembunuh Ruli mendapat hukuman yang seberat-beratnya.

Hal serupa diungkapkan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri yang menyatakan pihaknya akan mendesak penegakan hukum terhadap kasus tersebut. Dalam serah terima jenazah tersebut, keluarga menerima dana asuransi sebesar Rp 45 juta. Selain itu, keluarga juga menerima sisa gaji Ruli sebesar 500 dollar Singapura atau sekitar Rp 3,4 juta dan sumbangan dari agen di Singapura sebesar 500 dollar Singapura.

Kepala Desa Sido Kumpul Zaenuri mengatakan, sekitar 300 orang dari 8.019 warga di desanya menjadi TKI. Kebutuhan ekonomi menjadi alasan utama warga setempat untuk menjadi TKI. Desa itu terletak sekitar 30 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Kendal atau sekitar 50 kilometer dari Kota Semarang.

Sebagian besar warga desa itu bermata pencarian sebagai petani padi, jagung, atau cokelat. Jika tidak bertani, mereka juga bekerja di Jakarta atau Semarang sebagai pekerja rumah tangga.

Dusun tempat tinggal Ruli dan suaminya bahkan sangat sulit diakses. Jalan menuju dusun itu rusak parah dan hanya dapat diakses dengan mobil atau motor khusus untuk medan berat.

Kepala Balai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI Jateng AB Rachman menyebutkan, setidaknya ada 12.000 TKI dari Jateng yang sudah ditempatkan pada tahun 2011. Jumlah itu merupakan yang terbesar dari seluruh Indonesia dan dari tahun ke tahun terus bertambah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com