Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatim Banjir Sapi Gelonggongan

Kompas.com - 12/09/2008, 07:17 WIB

SURABAYA - Selain di Jawa Tengah, daging gelonggongan diyakini sudah banyak beredar di Jawa Timur. Konsumen diharapkan semakin waspada dan tidak membeli daging ilegal yang sangat mungkin beredar di pasar-pasar tradisional.

Aparat keamanan pun telah menangkap sejumlah orang yang kepergok mengedarkan daging yang berasal dari sapi yang dicekoki berliter-liter air sebelum dipotong itu. Berdasarkan pengakuan para tersangka, daging itu sudah beredar di Blitar, Kediri, Trenggalek, dan Tulungagung.

Ternyata daging ini tidak hanya merugikan konsumen secara materi, karena juga bisa memicu keracunan, bahkan kematian. Ini terjadi karena daging gelonggongan ini bisa mengandung bakteri buruk yang mengancam kesehatan konsumen.

Peringatan ini disampaikan drh Yeti Rizal, Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Siterener, Dinas Peternakan, Perikanan, Kelautan, Pertanian dan Kehutanan (DPPKPK) Kota Surabaya, Kamis (11/9). Menurut Yeti, daging ini sama sekali tidak menguntungkan konsumen, karena nilai gizinya kurang dan mengandung bakteri buruk.

“Bila dalam bakteri buruk itu ada bakteri yang tidak bisa mati melalui proses pemanasan maupun pendinginan, tentunya akan meracuni tubuh. Pada tingkat lanjut, bisa mengganggu pencernaan, gangguan pernapasan, hingga kematian,” kata Yeti.

Kerugian lain, kata Yeti, adalah besar kemungkinan daging gelonggongan berasal dari bangkai. Menurut Yeti, penggelonggongan dengan memasukkan berliter-liter air ke tubuh sapi merupakan penyiksaan dan hewan yang tidak kuat akan mati sebelum disembelih. “Tentunya hewan tersebut sudah berstatus bangkai,” kata Yeti.

Pemilik sapi, kata Yeti, tidak mungkin mau rugi. Setelah menjadi bangkai pun, hewan tersebut tetap dipotong. Karena dianggap masih bisa dijual dan menghasilkan keuntungan. “Sudah pasti daging gelonggong ini lebih berat dibandingkan dengan daging normal,” ungkap Yeti.

Yeti menyebut penggelonggongan itu merupakan penipuan, karena timbangan daging gelonggong pasti lebih berat dibandingkan daging normal, tetapi menyusut bila dimasak.

Menurut Yeti, ada beberapa ciri daging gelonggongan yang kasat mata. Daging ini  berwarna merah pucat dan mengandung banyak air. Dengan begitu di tingkat pengecer, daging ini tidak akan digantung, karena airnya pasti terlihat mengucur. Bila diletakkan di meja, kata Yeti, air akan keluar dari daging itu ketika dipencet.

Pemkot Surabaya pun mulai merazia sejumlah pasar tradisional terkait kekhawatiran masuknya daging gelonggongan ke Surabaya menjelang Lebaran ini. Sejumlah titik masuknya daging sapi juga mulai dijaga ketat. Tak terkecuali rumah potong hewan (RPH). Ini mengingat kebutuhan daging di Surabaya disuplai dari beberapa kota, antara lain Sidoarjo, Gresik, Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com