Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Buruh di Semarang Tolak Tapera: Program Tidak Masuk Akal

Kompas.com - 06/06/2024, 20:43 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Ratusan buruh di Kota Semarang, Jawa Tengah beramai-ramai melakukan untuk rasa menolak Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) di depan Kantor Gubernur Jateng, Kamis (6/6/2024).

Koordinator Lapangan Aulia Hakim mengatakan, wacana pemotongan gaji buruh sekitar 2,5 persen untuk Tapera sangatlah tidak masuk akal.

Aulia menilai, saat pensiun nilai uang yang diterima sudah berubah ketimbang sekarang.

Baca juga: Publik Marah soal Tapera, Basuki: Saya Menyesal, Enggak Nyangka

 

"Setelah kita iuran (sampai pensiun) jatuhnya adalah Rp 48 juta. Logikannya ketika kita nabung, ketika kita masa-masa pensiun (di usia) 58 tahun, hanya mendapat Rp 48 juta, tidak masuk logika," tutur Aulia ditemui di sela aksi.

Ia menilai, iuran Tapera ini berbeda dengan BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan yang termasuk jaminan sosial.

"Kalaupun masuk jaminan sosial, enggak jelas ini UU. Menurut kami UU ini abu-abu, apakah ini jaminan sosial? Ya kalau memang jaminan sosial, ambil pajak APBN," ujarnya.

 

Menurutnya, kebijakan ini hanya akal-akalan pemerintah. Apalagi pihaknya dari kalangan buruh tidak dilibatkan secara langsung dalam proses pengawasan.

"Kalau Tapera ndak (setuju). Justu pemerintah memgambil iuran dari rakyat tapi pemerintahnya sibuk sendiri tidak melibatkan pengawas, pengawasnya hanya PUPR, hanya Menteri Keuangan, Menteri Ketenagakerjaan, dan OJK, kami tidak terlibat," bebernya.

Selain upah buruh di Jateng yang terbilang rendah untuk harus dipotong Tapera, para buruh juga khawatir dana itu justru menjadi lahan empuk untuk korupsi pemerintah.

Apalagi, kata Aulia, ini bukan pertama kalinya kasus mega korupsi yang merugikan rakyat kecil terjadi di Indonensia.

Baca juga: Soal Tapera, Menteri Basuki: Kalau Belum Siap, Kenapa Tergesa-gesa?

Sebelumnya juga sempat ramai korupsi Asabri dan Jiawasraya yang mestinya menjadi tanggung jawab pemerintah.

"Katanya jangan khawatir uang itu nggak hilang, tapi siapa yang jamin? Dulu Taspen dan Asabri aja ilang lho dikorupsi milik temen-temen TNI dan Polri. Apalagi buruh," ungkapnya.

Untuk itu para buruh yang berunjuk rasa turut menyuarakan aspirasi tersebut agar program Tapera dibatalkan.

"Mohon lah tunda dulu dan kalau tidak memungkinkan untuk dijalankan dan pasal-pasalnya itu belum bisa dijalankan. Saat ini buruh di Jateng kondisinya sangat minim. Uang yang didapat hanya untuk belanja kebutuhan pokok saja," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com