MAGELANG, KOMPAS.com - Hasil penghitungan suara di TPS lokasi khusus di pondok pesantren di Kabupaten Magelang mencatat paslon capres-cawapres nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar unggul di Pilpres 2024.
Pantauan Kompas.com, Anies-Muhaimin unggul di tiga tempat pemungutan suara (TPS) lokasi khusus di kompleks Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang.
Baca juga: Prabowo-Gibran Unggul di 3 TPS Khusus Santri Ponpes MQ Tebuireng
Di Syubbanul Wathon, kompleks API Tegalrejo, misalnya, terdapat dua TPS, yakni TPS 901 dan 902.
Anies-Muhaimin di TPS 901 dan 902 masing-masing memperoleh 127 dan 118 suara.
Capaian tersebut terpaut jauh dengan paslon 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (68 dan 77 suara) dan paslon 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md (36 dan 46 suara).
Hasil serupa juga tercatat di TPS 901 di Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, di mana Anies-Muhaimin mendapat 165 suara.
Sementara, di TPS tersebut, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud masing-masing hanya mendapat 7 dan 4 suara.
TPS lokasi khusus adalah TPS yang disediakan untuk memfasilitasi hak pilih warga yang tidak bisa mengakses TPS biasa.
Umumnya, TPS ini untuk memfasilitasi pekerja dari luar daerah yang lokasi kerjanya jauh dari permukiman.
TPS lokasi khusus juga untuk memfasilitasi mahasiswa atau narapidana.
Ada delapan TPS lokasi khusus yang bertempat di ponpes dan sekolah berasrama (boarding school) di Kabupaten Magelang.
TPS tersebut tersebar di tiga kecamatan, yaitu Tegalrejo (5 TPS), Secang (2 TPS), dan Muntilan (1 TPS).
Di Tegalrejo dan Secang, TPS berdiri di lingkungan ponpes. Sementara, di Muntilan TPS berdiri di SMA Pangudi Luhur Van Lith.
Sebanyak 1.917 orang terdata sebagai pemilih di delapan TPS lokasi khusus tersebut.
Baca juga: Prabowo-Gibran Unggul di TPS dekat Tempat Ganjar Ngekos
Terpisah, Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Magelang, Fauzan Rofiqun menyampaikan, relasi kuasa antara pemimpin lembaga pendidikan dan bawahan berpotensi memengaruhi pilihan karyawan dan murid di TPS lokasi khusus.
“Iya, mungkin ada (pengaruh relasi kuasa). Itu konsekuensi politis,” ucapnya kepada Kompas.com, Rabu (7/2/2024).
Dengan kondisi demikian, misalnya, pengasuh ponpes bisa saja memengaruhi pekerja atau santrinya untuk memilih calon pemimpin tertentu dalam Pemilu 2024.
“Kami tidak bisa intervensi apa pun. Yang penting (pemilu) dilaksanakan dengan sesuai aturan. Dan, kami mengawasi dengan profesional,” kata Fauzan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.