KOMPAS.com - Sebanyak tujuh bocah sekolah dasar (SD) terseret arus sungai yang deras di Desa Pota Wangka, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa (4/4/2023).
Saat pulang sekolah, mereka terpaksa menyeberangi sungai lantaran tidak ada jembatan penyeberangan.
Jalur tersebut merupakan satu-satunya akses utama untuk bisa pergi dan pulang sekolah.
Beruntung, anak-anak tersebut berhasil ditolong oleh warga yang sedang melintas.
Namun, salah satu siswa mengalami kondisi yang memprihatinkan akibat terbentur batu usai terseret sejauh 200 meter.
Baca juga: 7 Siswa SD di Manggarai Barat Terseret Arus Sungai Saat Pulang Sekolah
Salah satu dari tujuh siswa yang terseret arus sungai itu adalah Martina Nevrianis Hambur (12).
Korban berhasil diselamatkan oleh warga bernama Rikardus Hadu bersama rekannya Viktor O. Sidi setelah terseret sejauh 200 meter.
"Hujan deras dan tidak lama kemudian volume air semakin naik, akhirnya mereka berteriak saat terseret oleh air sungai dan kayu besar," ungkap dia, Rabu.
Menurut dia, saat kejadian ada seorang ibu yang melihat para siswa terseret air.
Lantas, ibu tersebut berupaya menelepon keluarga di kampung Pungkang untuk menginformasikan ke keluarga bahwa ada kejadian anak sekolah terseret banjir besar.
Kemudian, semua warga Kampung Pungkang panik dan segera menuju ke lokasi kejadian untuk membantu korban.
"Warga Kampung Pungkang menangis, karena di luar dugaan mereka Martina Nevrianis Hambur bisa diselamatkan dari banjir," kata dia.
Dia menyebutkan, kondisi Martina masih trauma atas kejadian tersebut.
Kondisi tubuhnya pun sangat memprihatinkan.
Seluruh badannya terasa sakit akibat terbentur batu dan jari kakinya luka akibat benturan saat terseret arus sungai yang deras.