PURWOKERTO, KOMPAS.com - Sejumlah sopir angkutan kota (angkot) di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Pasalnya, kenaikan harga BBM akan semakin mencekik leher para sopir angkot yang penghasilannya terus menurun.
Baca juga: Kalau BBM Naik, Ya Bahan Pokok Ikut Naik, Enggak Semua Orang Dapat Gaji Banyak
"Yang jelas kami menolak kenaikan BBM. Kalau tetap naik, tolong berikan subsidi bagi kami," kata salah seorang sopir angkot, Usmanto (62) kepada wartawan, Kamis (1/9/2022).
Subsidi yang dimaksud Usmanto adalah semacam bantuan langsung tunai (BLT) atau sejenisnya.
Usmanto mengaku, penghasilannya saat ini hanya cukup untuk menutup biaya operasional sehari-hari.
"Ibarat petani, kita sekarang sedang memasuki musim paceklik. Pahit sekali, mau protes pasti tidak ada pengaruhnya, percuma saja demo-demo," ujar Usmanto.
Hal senada disampaikan sopir angkot lainnya, Narsan (65).
"BBM tidak naik saja sudah sangat berkurang penghasilannya, apalagi kalau jadi naik. Tolong perhatikan nasib kami," kata Narsan.
Narsan mengatakan, penghasilannya terus menurun sejak maraknya angkutan atau ojek online.
"Sekarang paling mentok sehari dapat 25 penumpang. Kadang-kadang kasih ongkosnya dilebihin, karena mungkin merasa kasihan dengan kami," ujar Narsan.
Untuk diketahui, hingga hari ini pemerintah belum memutuskan kenaikan harga BBM bersubsidi. Harga Pertalite masih Rp 7.650 per liter, dan Bio Solar Rp 5.150 per liter.
Baca juga: Alasan Pertamina Turunkan Harga BBM Nonsubsidi di Tengah Isu Kenaikan Pertalite dan Solar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.