Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kukui, Tembang Khas Dayak Agabag yang Menjadi Salah Satu Warisan Budaya di Nunukan

Kompas.com - 31/07/2022, 12:01 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Suku Dayak Agabag, salah satu etnis asli Kalimantan yang mendiami perbatasan RI-Malaysia, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tengah melestarikan tembang khas etnik, yang menjadi peninggalan nenek moyang mereka.

Tembang sakral yang menjadi salah satu warisan budaya tersebut, dikenal dengan nama Kukui. Ini merupakan lagu puja dan puji atau syukur terhadap lelulur, dan penghargaan bagi alam semesta.

Salah seorang tokoh pemuda, sekaligus Ketua Komando Pertahanan Dayak Agabag (KOPADA), Bajib Misak menuturkan, tradisi Kukui pertama kali muncul pada masa Tabug atau jaman Ngayau (pertempuran).

Baca juga: Mengenal Anoa Si Kerbau Kerdil dari Sulawesi

“Dulunya, Kukui dilantunkan sebelum berangkat mengayau (bertempur), dan juga setelah sukses memenangkan pertempuran,” ujar Bajib dihubungi, Minggu (31/7/2022).

Kukui menjadi spirit dan ritual suku bangsa Agabag dengan keyakinan teguh, langkah, dan semangat mereka dalam laga, diberkahi arwah leluhur.

Maka tidak heran, jika kosa kata dalam Kukui, berbeda dengan bahasa adat yang mudah dipahami.

Syair Kukui, dilantunkan menggunakan bahasa alam gaib yang diyakini oleh masyarakat suku Dayak Agabag memiliki nilai sakral.

“Kukui yang dilantunkan saat memenangi pertempuran itu, sebagai ungkapan syukur pada akion (leluhur) Dayak Agabag,” imbuhnya.

Dia menuturkan, kemenangan pada saat pertempuran dikenal dengan sebutan Amayung Da Ulu atau Ngayau/Tabug.

Setiap meraih kemenangan, warga Agabag akan menggelar upacara kemenangan yang dalam bahasa etnis mereka disebut Belakan atau Belau.

Saat itulah, lantunan Kukui mengalun, dinyanyikan oleh banyak orang dengan ritual khusus.

Tak hanya perlambang syukur terhadap leluhur karena menang pertempuran, lantunan Kukui, juga dinyanyikan pada prosesi pemakaman warga Dayak Agabag.

“Untuk mengantar roh ke tempat peristirahatan terakhirnya, dari dulu sampai saat ini, setiap acara terakhir (amakan/ampid), kukui pasti dilantunkan,”tambahnya.

Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya tatanan kehidupan sosial, suku Dayak Agabag terus melestarikan tradisi Kukui sesuai dengan kondisi saat ini.

Kukui yang selama ini akrab dengan kondisi peperangan dan prosesi pemakaman, dilantunkan juga dengan tujuan mempererat persatuan.

Baca juga: Mengenal Prosesi Upacara Ngaben Massal Umat Hindu di Banyuwangi

Kukui, kini kerap ditampilkan dalam setiap kegiatan antar etnis. Tak lagi khusus untuk Dayak Agabag, tapi juga dipersembahkan saat menyambut tamu dari luar suku mereka.

Bajib berharap, kukui dan berbagai macam tradisi leluhur suku Dayak Agabag dapat terus dilestarikan, dan menjadi warisan budaya bagi generasi mendatang.

“Kami berkomitmen akan terus melestarikan tradisi ini, sebagai wadah untuk mempererat persatuan dengan berbagai etnis, dan juga untuk menjaga keseimbangan alam,” tegas Bajib

Baru baru ini, Kukui sukses mencatatkan rekor MURI, dalam kategori melantunkan Kukui terbanyak, dengan peserta 1.450 orang, pada perhelatan festival budaya ILAU dan Mubes ke IX suku Dayak Agabag, di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com