KOMPAS.com - Umi Kulsum (48), seorang warga Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Jawa Timur, awalnya sedang beraktivitas seperti biasa pada Sabtu (4/12/2021) sekitar pukul 15.00 WIB.
Beberapa saat kemudian, warga berhamburan masuk ke rumah sewaktu abu dari muntahan Gunung Semeru membubung di langit.
Sore itu, Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran.
"Awalnya biasa, tidak ada yang panik. Akhirnya datang abu. Orang-orang langsung lari masuk ke rumah. Kondisinya gelap akibat datang abu," ujarnya, Minggu (5/12/2021).
Suasana berubah mencekam. Lampu padam, ditambah dengan hujan bercampur debu.
Baca juga: Cerita Warga Supit Urang Saat Awan Panas Guguran Semeru, Gelap dan Sesak Napas
Umi yang berada di dalam rumah, sempat merasa sesak napas.
"Sesak napas, soalnya debunya masuk rumah," ucapnya.
Warga lainnya, Lasiman (60), tak menduga dampak awan panas guguran Gunung Semeru bakal meluas.
Lasiman mencium bahaya tatkala awan membubung itu mendekati perkampungannya.
"Saya ada di luar rumah, tiba-tiba ada lava gruduk-gruduk gitu langsung besar. Tahu (awan panas) langsung lari," ungkapnya.
Hal yang sama juga dilakukan Mustaqim (35). Ia langsung lari pada saat awan panas guguran merayap ke kampungnya.
"Kalau tidak lari, bisa mati. Makanya lari, yang penting orangnya selamat," tandasnya.
Baca juga: Kepala BNPB Janji Bangun Kembali Rumah Warga Korban Erupsi Gunung Semeru