Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permukiman di Kolaka Diserbu Lalat

Kompas.com - 30/04/2013, 17:08 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan

Penulis

KOLAKA, KOMPAS.com — Warga Jalan Kakatua, Kolaka, Sulawesi Tenggara, resah karena mendapat serbuan lalat yang berasal dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di kawasan Pantai Berti.

Setiap hari mereka harus menghadapi ribuan lalat yang beterbangan di rumah mereka, terutama pada jam-jam menjelang makan siang dan malam.

Warga pun meminta kebijaksanaan Badan Lingkungan Hidup Kolaka agar masalah ini dituntaskan. Menurut warga, serangan lalat ini bersamaan dengan berdirinya TPS di sekitar permukiman mereka.

Warga mengeluh, selain mengundang lalat, tumpukan sampah yang kian tinggi itu menimbulkan bau tidak sedap yang sangat mengganggu.

Dari hari ke hari, tumpukan sampah semakin tinggi. Terlebih lagi tiap harinya sampah campuran itu kian menggunung sehingga selain menyebabkan serangan hama lalat, juga mengeluarkan bau tidak sedap.

Parahnya lagi, serangan hama lalat ini terjadi bukan pada pagi atau siang hari, tapi selama 24 jam. Warga merasa terganggu baik dari segi kebersihan maupun dari segi kesehatan mereka.

"Jadi tiap hari yang kita kerjakan adalah memasang perangkap lalat. Kertas kita lumuri lem lalat istilahnya, di situlah lalat itu tertempel. Biasa dalam sehari itu sampai 10 kertas yang kita bakar," kata Munaryo, seorang warga Jalan Kakata, Selasa (30/4/2013).

"Lalatnya luar biasa banyaknya, baru dan besar-besar. Ini membuat kami resah kerena selain masalah kebersihan, juga pasti lalat dari tumpukan sampah itu membawa penyakit. Masa ini lalat terus yang kita mau urus," lanjut Munaryo.

Tempat pembuangan sampah itu juga menghalangi kegiatan warga. Dulu, kata Munaryo, warga sering berolahraga sore di kawasan itu. Kini mereka enggan beraktivitas di situ.

"Dulu kan di sini itu ramai sekali orang olahraga sore. Bukan hanya warga sekitar yang olahraga sore, dari daerah lain itu di sini semua. Sekarang tidak ada lagi yang seperti itu. Harusnya kan sampah itu berada di TPA, bukan di sini," tegasnya.

Dengan tegas warga meminta Badan Lingkungan Kolaka betul-betul memperhatikan masalah ini. Apabila tidak, warga berinisatif mengambil tindakan tegas dengan cara menghentikan secara paksa aktivitas pembuangan sampah.

"Kalau angin laut berembus pasti bau busuk. Dulu itu segar pak, duduk di teras saja sambil baring-baring kita bisa tidur karena dingin, angin laut. Sekarang mana bisa, baunya luar biasa busuknya. Pokoknya ini BLH harus bertindak," ucapnya.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, tumpukan sampah yang kian menggunung itu disebabkan tidak adanya pengangkutan lanjutan menuju tempat pembuangan akhir. Di tempat pembuangan sementara itu sendiri adalah tempat armada kecil, seperti motor roda dua dan tiga yang mengangkut sampah dalam kota, serta di Pasar Sentral dalam kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com