Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Demo Tuntut Rektor UM Transparan

Kompas.com - 14/11/2012, 14:52 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UNM), Jawa Timur, menggelar demo di depan gedung rektorat kampus setempat. Mahasiswa menuntut Rektor UM, Suparno, bersikap transparan atas dana proyek di kampus. Mereka menduga rektor UM menerima suap.

Aksi mahasiswa yang digelar Rabu (14/11/2012) tersebut, merupakan aksi kali kedua. Sebelumnya, aksi serupa dilakukan mahasiswa pada Selasa (13/11/2012).

Dalam aksi unjuk rasa itu, mahasiswa mengendus dugaan uang suap yang dilakukan PT Anugerah Nusantara sekitar Rp 400 juta hingga Rp 500 juta yang melibatkan Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh. Dugaan itu terungkap dari beberapa saksi saat bersaksi di pengadilan.

"Di media sudah ramai memberitakan (dugaan suap terhadap rektor UM, red). Jika tidak benar menerima suap yang diakui saksi dari kasus Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh, silakan diklarifikasi," kata koordinator aksi, Nistra Yohan dalam orasinya.

Mahasiswa UM, kata Nistra, merasa malu terhadap rakyat Indonesia, jika rektor UM terbukti telah menerima suap dan ada korupsi di proyek pembuatan laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) UM senilai Rp 40 miliar lebih.

"Setelah minta klarifikasi, rektor malah tidak ada di kantornya," katanya.

Ditemui Kompas.com disela aksi, Humas aksi, Abdurrahman mengatakan, sampai kapanpun mahasiswa akan terus melakukan aksi jika tidak ditemui oleh rektor dan tidak ada klarifikasi soal kasus dugaan korupsi tersebut."Kami malu sebagai mahasiswa UM. Kampus kita jadi sarang koruptor," tegasnya.

Dugaan suap terhadap rektor itu mencuat setelah ditemukannya dugaan suap Kementerian Pendidikan Nasional terhadap salah seorang anggota DPR RI, Angelina Sondakh. Kasus melebar hingga melibatkan para rektor setelah munculnya pengakuan salah seorang saksi kasus Angelina Sondakh, Clara Mauran, pegawai di PT Anugerah Nusantara. Clara mengaku sering memberi hadiah uang ratusan juta rupiah ke rektor dan pembantu rektor universitas untuk memuluskan proyeknya. Kesaksian tersebut disampaikan dalam sidang korupsi dengan terdakwa Angelina Sondakh.

”Pemberian uang ke rektor dan pembantu rektor dua itu selalu di akhir proyek,” kata Clara ketika menjawab pertanyaan hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (1/11/2012).

Ada 16 universitas yang proyeknya dipegang Grup Permai. Clara ditugasi mengawal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Brawijaya.

”Apa masih ingat rektor dan pembantu rektor yang diajukan permohonan kas?” tanya penasihat Angelina, Teuku Nasrullah.

Clara menyebut yang dia ingat pernah diajukan mendapatkan uang. Mereka adalah Rektor Universitas Negeri Malang (2009) dan Rektor Universitas Brawijaya (2009). Pembantu rektor dua yang pernah diajukan permohonan kas oleh Clara adalah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (2010) dan Universitas Negeri Malang (2009). Kisaran pengajuan kas Rp 400 juta-Rp 500 juta.

Clara menegaskan, pengajuan kas untuk pejabat di universitas biasa dilakukan. Cara itu bukan untuk mendapatkan proyek dari universitas tersebut karena pemberian dilakukan setelah proyek selesai. Pengajuan kas atas perintah Mindo Rosalina.

Pengajuan untuk anggota Dewan dilakukan sebelum proyek berjalan. ”Supaya dana-dananya untuk universitas turun atau disetujui DPR,” kata Clara.

Untuk dana support ke terdakwa Angie, Clara mengaku tak pernah mengajukan. Satu-satunya yang lewat Clara adalah pengajuan sumbangan korban Merapi sebesar Rp 10 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com