Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghormatan dan Kehormatan TNI

Kompas.com - 05/10/2012, 12:25 WIB
Oleh Sjafrie Sjamsoeddin

”Prajurit TNI bukanlah prajurit yang mudah dibelokkan haluannya karena tipu dan nafsu kebendaan. Ia, karena keinsafan jiwanya atas panggilan Ibu Pertiwi, bersedia membaktikan raga dan jiwanya bagi keluhuran bangsa dan negara.”

Perintah Harian Panglima Besar Letnan Jenderal Sudirman, 5 Oktober 1949

Sebagai prajurit dan pejuang TNI, perintah harian 5 Oktober 1949 itu sangat bermakna sebagai rambu dan navigasi dalam mengabdi kepada bangsa dan negara.

Sejak seorang prajurit mengawali kehidupan keprajuritan dengan mengucapkan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga, ia berada dalam suatu ikatan moral dan kewajiban profesional. Kualitas kepemimpinannya ditempa oleh berbagai ujian dan cobaan.

Prajurit TNI dituntut untuk membuktikan apakah ia seorang prajurit yang mampu dan sanggup memikul beban tanggung jawab pengabdian, yang sarat kualitas dan integritas.

Seorang prajurit tentu ingat saat memulai basis militer sebagai seorang calon prajurit. Saat itu, ia tidak punya hak menerima penghormatan karena belum memiliki kepangkatan apa pun. Sebaliknya, ia wajib menghormati atasan yang memiliki kepangkatan. Proses ini dijalani oleh prajurit sejalan dengan masa pengabdiannya. Ibarat naik tangga, saatnya penghormatan diterima ketika ia sampai pada puncak karier sebagai prajurit.

Tantangan, tuntutan, dan godaan justru hadir pada saat seorang prajurit sedang menerima penghormatan. Pada masa itu bisa terjadi seorang prajurit ”lupa” dan ”celaka” atas sikap dan perilaku diri, seperti yang diingatkan oleh Pak Dirman.

Pengalaman menunjukkan, ”lupa” dan ”celaka” dapat terjadi pada siapa saja yang diberi atribut kewenangan oleh negara. Hal itu terjadi terutama ketika tidak ada check and balance atas setiap langkah yang diambil, apakah sudah tepat secara aturan, peraturan, dan terutama moral.

Di sini pertempuran harus dimenangi prajurit agar terhindar dari ”kerusakan moral” yang berakibat pada hilangnya rasa hormat dari bawahan, kolega, bahkan masyarakat. Di sini pula ukuran ”kehormatan” menjadi taruhan yang tidak terhapus sampai menjadi jasad.

Zaman sulit

Harus diakui, kita hidup di zaman yang sulit dengan godaan begitu tinggi. Konsumtivisme menjadi gaya hidup yang tidak bisa dihindari. Semua orang seakan berlomba ke arah sana karena sarat dengan kenikmatan.

Sebagai bagian dari masyarakat, prajurit TNI tentu tidak bisa lepas dari godaan itu. Sedikit banyak kehidupan masyarakat luas memengaruhi juga kehidupan prajurit dan keluarganya.

Pengalaman bangsa-bangsa lain, semua berlangsung melalui proses panjang. Mereka telah melewati proses yang menghasilkan sikap disiplin, etos kerja, dan menghormati waktu. Dari sanalah bangsa-bangsa itu kemudian menghasilkan produk dan bahkan produk berkembang menjadi produk-produk turunan yang semakin beragam.

Hasil dari kerja keras itu membuat bangsa-bangsa tersebut ingin menikmatinya. Konsumtivisme merupakan ekspresi dari keinginan untuk menikmati hasil kerja keras yang panjang.

Kita pun harus melewati proses panjang dan melelahkan itu agar kemudian bisa menghargai kerja keras yang dilakukan. Konsumtivisme jangan hanya sekadar gaya hidup agar tidak berkelebihan dan bahkan melewati batas-batas kepantasan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com