Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergi Tengah Malam untuk Bali Bike

Kompas.com - 14/09/2012, 03:01 WIB

Penat belum hilang di badan, Kamis (13/9) pukul 12.00, Widjaya (56) langsung menjajal sepeda merek Fuji miliknya di koridor Function Room Hotel Santika Nusa Dua, Bali. Widjaya, warga Purwokerto, Jawa Tengah, bersama tiga rekannya, Heru Listianto, Pranowo, dan Supriyadi, tiba di Bali, Kamis pukul 10.00. Mereka tergabung dalam komunitas sepeda bernama Banyumas Cycling Community.

Tiba di hotel, mereka tak beristirahat dulu, tetapi langsung merakit sepeda untuk persiapan mengikuti Kompas Bali Bike 2012 yang dimulai Jumat ini. Jelajah sepeda ini digelar selama tiga hari, menempuh jarak 292 kilometer.

Peserta dari daerah, bahkan dari luar negeri, antara lain dari Singapura, telah berdatangan pada hari Kamis untuk mengikuti pertemuan teknis. Peserta berasal dari berbagai kalangan, antara lain pebisnis, pegawai negeri sipil, pejabat pemerintah, dan swasta.

Persiapan dan perjalanan mereka dari daerah asal ke Bali tidak saja memerlukan biaya besar, tetapi juga energi ekstra. Namun, hal itu dilakukan karena kecintaan mereka terhadap sepeda, juga demi kehidupan yang sehat.

”Kami berangkat dari Purwokerto pukul 24.00 dan sampai Yogyakarta pukul 03.00. Kami sengaja jalan malam sebab pesawat dari Yogyakarta ke Bali berangkat pukul 08.00,” kata Widjaya lagi.

Badan bugar

Ia juga mengungkapkan, biaya yang dikeluarkan untuk bisa mengikuti jelajah sepeda itu cukup besar, sekitar Rp 3,8 juta, belum ditambah tiket pesawat Yogyakarta-Denpasar pergi-pulang (PP) Rp 1.250.000 dan sewa mobil Purwokerto-Yogyakarta Rp 500.000. Widjaya membawa sepeda Fuji miliknya seharga Rp 25 juta, yang dibeli tahun 2008. Ia mempunyai dua sepeda.

Willy Sutrisno (31), warga Jalan Kayu, Sengkang, Singapura juga tiba di Bali, Kamis siang. ”Begitu mengetahui Kompas mengadakan Bali Bike, saya langsung mendaftar dan membeli sepeda baru merek Bianchi. Harganya 2.500 dolar Singapura atau sekitar Rp 17 juta,” kata Willy. Ia juga mengaku, setelah tekun bersepeda, badannya terasa sehat. Dalam dua bulan, berat badannya turun sekitar 6 kilogram pula.

Willy juga membeli helm baru seharga Rp 3 juta, sepatu Rp 2,5 juta, baju dan celana untuk bersepeda Rp 500.000, serta tiket Singapura-Denpasar (PP) Rp 2 juta. ”Ya, cukup menguras tabungan saya juga,” ujarnya.

Maman Permana (53), Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, seorang peserta Kompas Bali Bike, mengatakan, ia merasakan badan yang bugar setelah tekun bersepeda. Bahkan, dulunya dia bermain tenis selama 12 tahun, tetapi kini ditinggalkannya.

”Saya dahulu main tenis, tetapi kolesterol saya tidak turun-turun. Saya lalu joging, tetapi karena usia makin lanjut, lutut tidak kuat. Dokter menganjurkan saya untuk rutin berenang dan bersepeda karena olahraga ini ritmenya teratur,” kata Maman yang memiliki sepeda seharga Rp 17 juta.

Bersepeda kini bukan lagi olahraga yang murah walau tetap ada sepeda yang murah. Bersepeda menjadi tren, selain menyehatkan, juga berwawasan lingkungan. (nit/sem/ays/cok)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com