Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2012, 14:23 WIB
Winarto Herusansono

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Pola komunikasi yang dikembangkan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dalam kepemimpinannya selama ini dinilai tidak produktif. Gaya bicara yang ceplas-ceplos dan kurang tulus malah cenderung menyakiti masyarakat.

"Kalau Gubernur Bibit Waluyo mau mencalonkan kembali, sebaiknya mengubah diri. Tanpa ada perubahan, bisa jadi partai politik akan enggan mengusungnya dalam pemilihan gubernur Jateng mendatang," kata pengamat politik Fisip Universitas Diponegoro, Semarang, Susilo Utomo, Rabu (8/8/2012), di Semarang, Jawa Tengah.

Susilo mengatakan, sebagai seorang gubernur, gaya kepemimpinan dalam budaya Jawa harusnya andhap asor (rendah hati) tanpa terkesan menyepelekan. Seorang pemimpin boleh ceplas-ceplos. Namun, bila salah dalam memilih kata atau kalimat, itu akan menimbulkan orang lain atau rakyat jadi tidak simpati.

Dia mencontohkan, masyarakat Jawa serius dalam memilih pemimpinnya. Misalnya, saat rapat koordinasi DPD PDI-P, Minggu lalu, Gubernur Bibit Waluyo mengemukakan, kalau tidak diusung PDI-P, ya, lebih baik pulang kampung angon bebek. "Ini tentunya makna sangat tidak positif bagi pola kepemimpinan dirinya," katanya.

Susilo juga menyatakan, pola menyerang yang dilancarkan Bibit Waluyo ketika ada warga yang mengkritik juga merugikan. Tidak hanya gubernur yang rugi, tetapi juga parpol pengusungnya.

Dicontohkan, ketika ada warga belum sepakat soal ganti rugi lahan untuk jalan tol, Bibit menyatakan agar warga ikut saja. Ia bahkan menyatakan sebagai gubernur, dia yang memikirkan 33 juta rakyat Jateng sampai kepalanya pecah, kok, masih tidak dikritik.

"Sudah susah sampai kepala 'mlethek' atau kepala retak kok masih dipaido 'dikritik/," kata Bibit ketika itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com