Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Perbatasan RI-Timor Leste Berebut Lahan

Kompas.com - 14/04/2012, 00:24 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Gara-gara saling berebutan lahan sawah di perbatasan Indonesia-Timor Leste, atau tepatnya di dekat bantaran sungai Noel'ekat, Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, warga Desa Napan yaitu Dominikus Anunu melaporkan Benediktus Nau ke Polsek Miomafo Timur.

Menurut Dominikus Anunu, areal sawahnya seluas 2 hektar yang sudah dikelolanya sejak tahun 1960 tersebut tanpa alasan yang jelas diklaim oleh Benediktus Nau.

"Orang ini memang sangat keterlaluan, karena tiba-tiba dia datang merampas lahan sawah yang sudah saya kelola puluhan tahun lamanya. Bukan hanya sawah saya yang dirampas, tetapi ada beberapa warga juga mengaku kalau sawah mereka juga ikutan diambil. Selain itu, sawah yang sudah saya tanami padi dirusaki," kata Anunu, Jumat (13/4/2012).

Anunu juga mengaku sering diancam pakai golok oleh Nau. "Saya sudah berulang kali diancam hendak dibunuh. Karena merasa takut, saya terpaksa lapor polisi, biar dia ditangkap segera agar jangan membuat kami resah lagi," jelas Anunu.

Bersama istrinya, Anunu langsung melaporkan pengancaman dan perusakan ke Polsek Miomafo Timur. Namun, di hadapan polisi, Anunu disuruh kembali ke desa dan kecamatan untuk menyelesaikan persoalannya sendiri.

Terkait dengan itu, Kapolsek Miomafo Timur Iptu Donny Akbar, ketika dihubungi melalui telepon selulernya, mengatakan, sesuai dengan kesepakatan, khususnya di Kecamatan Bikomi Utara, telah disetujui kalau ada permasalahan di masyarakat harus diselesaikan. Kalau tidak ada jalan keluar baru dilaporkan kembali ke polisi.

"Yang pastinya semua laporan masyarakat yang masuk ke Polsek akan kita proses. Namun, khusus untuk Kecamatan Bikomi Utara telah ada kesepatan antarwarga. Jikalau ada permasalahan yang terjadi di masyarakat, harus diselesaikan dulu di tingkat desa dan kecamatan baru kemudian rekomendasinya ke polisi kalau ada pihak yang merasa tidak puas," kata Akbar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com