Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelom Batik Tembus Eropa

Kompas.com - 29/03/2012, 02:39 WIB

Susie Berindra

Usia muda tak menghalangi Nadia Mutia Rahma bergelut merintis usaha di bidang ”fashion”. Sekitar dua tahun lalu, Nadia memperkenalkan kelom (sandal kayu) buatan dalam negeri sampai kemudian berhasil menembus pasar Eropa.

Nadia merupakan pemilik sekaligus desainer kelom yang diberi merek Kloom. Selain dijual di Jakarta, kelom-kelom cantik bikinannya juga diekspor ke Inggris, Swedia, Norwegia, dan Denmark. Selain itu, Kloom juga diminati pembeli dari Amerika Serikat dan Australia.

Usaha kelom yang ditekuni Nadia berawal saat ia tinggal di Jepang, mengikuti ayahnya yang bertugas di ”Negeri Sakura” itu. Untuk memperlancar kemampuan berbahasa Jepang, Nadia mengambil program bahasa di KAI Japanese Language School, salah satu sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, Tokyo. Ketika mengikuti program itulah, dia bertemu dengan siswa yang berasal dari mancanegara, salah satunya Skandinavia.

Salah satu budaya dari temannya yang berasal dari Skandinavia adalah memakai clog atau kelom. ”Bukan hanya Skandinavia yang punya budaya itu, Jepang juga mempunyai sandal kayu. Di Indonesia sebenarnya juga ada tradisi memakai sandal kayu, seperti kalau di Jawa namanya teklek. Sejak itulah saya berangan- angan membuat kelom yang berbau Indonesia, dan harus dari kayu lokal,” kata Nadia.

Ketertarikannya menjadi desainer membuat Nadia memilih untuk melanjutkan sekolah di Esmod Japon di Tokyo. Meski hanya sempat mengenyam pendidikan di Esmod selama setahun, Nadia merasa mendapat banyak pelajaran. Salah satu pelajaran yang didapatkan terkait dengan produksi sepatu.

”Setelah setahun di Esmod, saya merasa ingin balik ke Indonesia, dan belum ingin menyelesaikan sekolah di Jepang. Saat memutuskan pulang, saya merasa tertantang dan tertarik untuk mendalami bisnis sepatu,” papar putri dari pasangan Nanang Sunarya dan Siti Noerdiyanti itu.

Tahun 2010, Nadia menyusul orangtuanya kembali ke Indonesia. Ia pun sempat mengambil pendidikan di Akademi Teknologi Kulit di Yogyakarta. Namun, ia hanya bertahan satu semester. Mengenai sekolah yang selalu berpindah, Nadia mengakui mudah bosan dan selalu ingin mempelajari hal-hal yang baru.

Untuk memulai usahanya, Nadia melakukan survei di sejumlah toko online yang menjual kelom, baik produk lokal maupun internasional. Dari situ, Nadia lebih yakin melangkah memproduksi kelom karena belum banyak pengusaha kelom. Ia pun mulai merancang kelom yang bisa dipasarkan ke luar negeri ataupun dalam negeri.

”Saya memang gambling (bertaruh) untuk usaha ini. Saya berpikir bagaimana membuat sebongkah kayu yang ditempeli kulit supaya bisa menjadi sandal atau sepatu yang menarik dengan harga mahal,” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com