BANDA ACEH, KOMPAS.com- Deklarasi damai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh yang ditandatangani para kontestan calon kepala daerah pada Rabu (14/3) lalu hanya berlaku di atas kertas.
Dalam kurun waktu kurang dari seminggu seusai deklarasi ditandatangani, kasus intimidasi, teror, dan kekerasan politik justru marak terjadi di Aceh. Tak kurang sembilan kasus kekerasan terkait pilkada terjadi dalam sepekan terakhir di Aceh.
Koordinator Koalisi NGO Hak Asasi Manusia (HAM) Aceh, Evi Narti Zein, Selasa (20/3/2012), mengungkapkan, berbagai bentuk kekerasan seperti pembakaran mobil tim sukses pasangan calon, pembakaran kantor partai, penganiayaan, hingga ancaman penembakan yang terjadi di Aceh belakangan menunjukkan masih lemahnya komitmen para kontestan dalam melaksanakan pilkada damai.
"Deklarasi damai hanya di atas kertas. Padahal, damai itu semestinya dengan hati, bukan dengan janji di atas kertas semata," kata dia.
Berbagai kasus kekerasan terkait pilkada akhir-akhir ini, lanjut dia, sebenarnya hanya dilakukan beberapa kontestan tertentu. Dampak dari rangkaian kekerasan yang bersifat intimidasi dan teror itu justru membuat masyarakat takut.
Kontestan pilkada dan kepolisian serta panitia pengawas pemilihan harus memainkan perannya secara lebih baik untuk terciptanya pilkada damai ini. Kekerasan yang masih terjadi ini sebagai bentuk ketidakdewasaan para kontestan. "Sayangnya, polisi dan panwas sendiri sangat lamban dalam menangani kasus-kasus yang ada," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.