Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lele Sangkuriang II Menginduk pada Benih Afrika

Kompas.com - 03/02/2012, 22:43 WIB
Herlambang Jaluardi

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com — Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar sedang mengembangkan ikan lele varietas Sangkuriang II.

Varietas ini berasal dari kawin silang ikan lele Sangkuruang I, dengan ikan lele yang berasal dari Sungai Nil di Afrika. Pemutakhiran varietas diperlukan untuk menjaga kualitas genetis ikan lele, yang berdampak pada masa pembesaran.

Inovasi varietas lele Sangkuriang II menggunakan induk dari varietas lele Sangkuriang I dengan lele yang berasal dari Afrika.

"Pejantan adalah keturunan keenam, sedangkan yang betina keturunan kedua, yang dari Afrika itu," kata M Abduh Nurhidajat, Kepala Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) di Sukabumi, Jabar, Jumat (3/2/2012).

Bibit dari Afrika, menurut Abduh, dipilih karena ukurannya yang besar, mencapai 7 kilogram. Selain itu, jenis lele generasi awal ini dipilih, karena diharapkan bisa memperbaiki genetis ikan lele dan menghasilkan keturunan berukuran besar.

Inovasi lele Sangkuriang II dikembangkan sejak sekitar setahun lalu. Saat ini, pengembangan tengah memasuki masa uji coba multilokasi.

Beberapa lokasi yang dipakai uji coba adalah Bogor (Jabar), Boyolali (Jateng), Gunung Kidul (DI Yogyakarta), dan Kepanjen (Jatim). Lokasi itu dipakai karena berlatar belakang sebagai sentra ikan lele.

Hasil uji coba di berbagai daerah itu akan menunjukkan rata-rata ukuran Sangkuriang II dan masa pertumbuhan ikan. Berdasarkan perhitungan, ukuran dari Sangkuriang II akan lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya.

"Selain itu, masa pertumbuhannya akan lebih cepat sekitar 10 persen," lanjut Abduh.

Mengutip dari buku Budidaya Lele Sangkuriang yang diterbitkan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, ikan lele Sangkuriang bisa dikonsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200-250 gram, dan panjang 15-20 sentimeter per ekor. Kendala yang kerap dihadapi adalah gangguan predator, seperti ular dan belut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com