Dedi Muhtadi
Komitmen Netty Prasetiyani memelopori perlindungan anak dan perempuan seperti menemukan jalan di jalur Bandung- Purwakarta-Bekasi. Desember lalu, bersama sejumlah komunitas sepeda atau ”bikers” Bandung, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jawa Barat ini bersepeda sepanjang 90 kilometer untuk melakukan kampanye ”Stop Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak!”.
Aktivitas di bawah terik matahari itu menarik perhatian, baik bagi para pesepeda maupun warga yang disinggahi untuk kampanye. Di Kota Purwakarta, misalnya, rombongan berhenti istirahat sambil berkampanye di depan keluarga Ikatan Bidan Indonesia Cabang Purwakarta.
Khusus pesepeda memang memiliki komitmen menyelamatkan Bumi. Namun, ketika mereka dikenalkan pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), banyak yang terkaget-kaget. Misalnya, penelantaran ekonomi seperti tidak memberikan biaya hidup sehari-hari termasuk salah satu tindakan KDRT.
”Ternyata banyak sekali elemen masyarakat yang belum terpapar dengan KDRT,” ungkap Netty, yang juga Ketua Forum Pendidikan Anak Usia Dini Jawa Barat (Jabar) saat evaluasi kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) pada awal Januari lalu di Gedung Sate, Bandung.
Ketika mereka bergabung dalam kampanye,
Begitu mendengar tentang KRDT, mereka seperti tersadar dan beranggapan, begitu pentingnya menyayangi keluarga, menyayangi istri dan anak. Dalam konteks preventif, pengetahuan terhadap KDRT perlu agar seseorang jangan sampai menjadi korban dulu baru tahu definisi kekerasan.
Jumat (13/1), Netty juga bersepeda dengan komunitas lainnya ke Warung Bandrek (Warban), Dago, Bandung Utara, lokasi yang terkenal di kalangan pesepeda.
”Mereka tak bisa disatukan sehingga kami harus dekati per komunitas,” ujar Ketua Bank Mata Indonesia Cabang Utama Jabar ini.