Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Anak "Punk" Berbaju Koko

Kompas.com - 18/12/2011, 08:24 WIB

BANDA ACEH, KOMPAS.com — Ada suasana berbeda di Masjid Kompleks Sekolah Polisi Negara Seulawah, Aceh Besar, pada pelaksanaan shalat Jumat (16/12/2011) lalu. Kecuali dipadati jamaah tetap yang umumnya anggota Polri dan staf SPN, terlihat puluhan remaja berbaju koko seragam, warna putih dan kuning.

Kehadiran mereka—karena dalam jumlah banyak dan semuanya berbaju koko—otomatis menjadi perhatian jamaah lainnya. Selidik punya selidik, ternyata mereka adalah anak punk yang sedang dibina Pemko Banda Aceh bersama Polda Aceh di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, sekitar 60 kilometer dari Banda Aceh.

Mereka yang biasanya berpenampilan nyentrik, urakan dengan rambut gaya mohawk itu, kali ini semua mengenakan baju koko putih atau kuning. Menjadi bagian dari jamaah Jumat, mereka berbaur dengan puluhan personel polisi.

Mendadak, kesan kumal dalam penampilan mereka pun sirna.  Tak tampak lagi sepatu bot, jaket kulit, rantai, serta tindik di sejumlah bagian tubuhnya, seperti hari-hari biasa penampilan mereka.

Dari mana datangnya sarung dan baju koko itu? "Kami yang bekali," kata Kepala SPN Seulawah AKBP Indra Gautama.

Di antara 65 anak punk yang dijaring tim gabungan Pemko Banda Aceh dibantu pihak kepolisian dan TNI, terdapat delapan pria yang non-Muslim. Selebihnya, termasuk enam wanita, merupakan Muslim dan Muslimah.

Nah, ke-51 anak-anak punk itulah yang ikut shalat Jumat berjamaah dengan para personel polisi. Potongan rambut polisi yang dididik di SPN Seulawah dan anak-anak punk itu sama, yakni plontos. "Bedanya hanyalah kalau personel polisi mengenakan pakaian bebas, sedangkan anak-anak punk itu pakai koko warna putih atau kuning," kata Indra Gautama.

Ia juga bercerita kepada Serambi tentang program pembinaan anak-anak punk itu. Pertama kali tiba di SPN Seulawah, mereka diminta mengenal disiplin diri dengan cara berbaur bersama puluhan polisi serta puluhan bintara Secapa yang lulus sekolah alih golongan (SAG) dalam apel yang dilaksanakan pada Sabtu (10/12/2011) sore.

Selanjutnya, rambut mereka dirapikan. Pakaian kumal yang biasa mereka gunakan juga diminta untuk dibuka. "Barulah mereka kami minta untuk mandi sebelum mengenakan pakaian bersih yang telah dipersiapkan. Begitu masuk waktu maghrib, mereka kami minta melaksanakan shalat berjamaah. Tentu saja delapan remaja non-Muslim itu tidak ikut shalat," ujar Indra.

Malamnya, acara penggemblengan dilanjutkan dengan makan bersama. Tahap berikutnya baru diawali dengan pemberian materi agama, mengenal kebersihan diri, serta bagaimana mewujudkan diri menjadi pribadi yang baik.

"Kami ingin mereka kembali ke kehidupan normal. Jadi, kami minta semua masyarakat, termasuk orangtua anak-anak punk itu, memakluminya. Mereka kami didik di SPN juga sama sekali tidak ada kekerasan. Malah, setiap harinya, mereka diajak berlatih olahraga, outbond, dan penempaan diri mereka dengan materi-materi agama dan banyak hal positif lainnya,” kata Indra Gautama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com